pasopati

Saturday, June 21, 2008

ST dan Semih

Saya punya teman baru, orang Turki. Berkenalan secara sengaja kira-kira 4 bulan lalu, karena dia ingin mencari sewaan kamar yang serumah bersama orang Indonesia. Kebetulan ada teman saya yang lain yang merujuk orang Turki ini ke saya, bilang bahwa saya bisa mencarikan rumah dengan kriteria seperti yang orang Turki itu inginkan (memangnya saya makelar rumah apa ya? =p). Jadilah saya undang orang Turki itu ke rumah saya, bersilaturahmi dan berkenalan, sekaligus dia menjelaskan niat dan keinginannya kenapa ingin serumah dengan orang Indonesia di negeri Belanda ini. Usut punya usut, alasan dia membuat saya berdecak kagum dalam hati. Penjelasannya yang panjang lebar bisa saya ringkas dalam satu kalimat: akulturasi budaya antara negara Islam. Fiuh... mau tahu berapa umurnya? belum juga 22 tahun, tapi cita-citanya luar biasa. Buat dia, Indonesia adalah harapan, karena memiliki banyak penduduk yang beragama Islam. Turki juga harapan, dan dia sangat ingin belajar mengenai Indonesia, agar kelak kalau dia lulus bisa bekerja sama dengan orang-orang Indonesia.

Walaupun saya ujung-ujungnya gagal mencarikan rumah untuknya, perkenalan dengan orang Turki ini membuat saya memiliki seorang sahabat baru; yang alhamdulillah bisa menjadi teladan untuk saya. Kemarin baru saja saya main ke rumahnya; pertemuan terakhir sebelum dia mau kembali lagi ke Istanbul, karena program pertukaran pelajarnya telah usai. Kembali saya dikejutkan oleh niatnya. Masih topik akulturasi budaya dan penyebaran Islam, namun, kali ini dalam bentuk yang lain. Menurutnya, akulturasi budaya harus segera dilakukan, antar negara-negara Islam. Agar dapat bersatu dan tidak terpecah-belah. Bahkan kalau perlu, supaya bisa membuat organisasi perdagangan sendiri, lepas dari pengaruh negara2 kapitalis dan sosialis. Buat dia sendiri, salah satu wujud konkritnya adalah: menikah dengan orang Islam di luar Turki. Dan kelanjutannya adalah... seperti yang Anda bayangkan. Dia meminta kepada saya, bila kelak dia telah memantapkan hati, untuk menjadi rujukan dalam mencari wanita Indonesia. Fiuh (yang kedua) =p Dari mencari kamar, sampai mencari calon istri... kayanya saya harus segera buka biro jasa "sagala aya" he he..

Cukup bercandanya... Yang jelas, semua ucapan dan niat orang Turki ini, dengan inisial ST , senantiasa menginspirasi saya. Dalam usia semuda itu, sudah mengimpikan persatuan umat, dan lebih-lebih... turut serta terlibat aktif dalam mewujudkannya. Akhirnya saya kepikiran blog saya, yang udah jamuran kayanya... Kembali saya menulis, karena inspirasi dari sahabat saya itu. Semoga semua cita-citanya segera terkabul... dan semoga tulisan ini juga bisa menjadi inspirasi bagi rekan2 yang kebetulan lewat...

Oh ya, ada juga orang2 Turki yang lain yang menginspirasi saya. Mereka bermain untuk timnas Turki di Piala Eropa 2008. Dan Semih, salah satunya... Tulisan ini ditulis setelah Semih menceploskan bola ke gawang Kroasia, di menit ke 30 babak perpanjangan waktu yang kedua... Bangkit dari ketertinggalan... 3 kali dalam turnamen ini ... luar biasa..

There's still plenty of time for us to achieve our purposes,
and..
it (often) begins with a dream.

Labels:

Friday, February 01, 2008

Berkeliling Kota Dengan Bus di Utrecht

Melakukan perjalanan dengan bus pertama kali di Belanda, khususnya di Utrecht, boleh jadi membingungkan. Bukan karena jadwal ataupun jurusan busnya, melainkan karena sistem zonasi wilayah di tiap kota di Belanda. Di sini saya akan mencoba berbagi pengalaman kepada para pengunjung blog ini. Mudah-mudahan bermanfaat =)

Berbeda dengan yang saya biasa lakukan di Indonesia: menunggu bus yang sewaktu-waktu bisa lewat di depan kantor, meloncat naik sebelum si supir tancap gas, dan bagian terpenting adalah.... membiasakan turun dari bus dengan kaki kiri dulu. Kalau masih maksa kaki kanan, maka besar kemungkinan Anda akan "kesrimpet" (duh, ga nemu bahasa indonesianya, maap yah =p....), terhuyung2 atau bahkan terkilir. Karena percayalah, bus tidak akan menunggu anda selesai menjejakkan kedua kaki Anda. Di Belanda, jadwal kedatangan setiap bus ditempel di terminal masing-masing. Biasanya, tenggat waktunya antara 10 hingga maksimal 30 menit. Khusus bus luar kota, biasanya tenggat waktunya jauh lebih lama. Bila Anda berangkat dari terminal bus, maka setiap bus memiliki halte masing-masing. Di Utrecht, terminal bus pusat (Centraal Station) merupakan terminal bagi trem dan kereta api juga. Sekaligus tempat mangkal taksi-taksi. Khusus terminal bus, ada dua peron: peron A dan peron B. Peron ini adalah trotoar berbentuk elips memanjang; satu sisi adalah peron A dan sisi lain adalah peron B.



















Bila kita perhatikan gambar petanya, maka dapat kita lihat bahwa jalur-jalur perhentian busnya memanjang sepanjang trotoar. Ini berbeda dengan terminal Blok M Jakarta, di mana bus-bus dikelompokkan ke dalam 4 hingga 5 jalur perhentian.

Hal penting yang harus diperhatikan berikutnya adalah daerah tujuan. Di setiap terminal dan halte bus, selain jadwal kedatangan bus, juga dipampang peta berisi pembagian zona wilayah di Utrecht. Buat apa ya zona ini? Ini digunakan untuk menentukan tarif bus. Tarif bus ditentukan berdasarkan jumlah zona yang dilewati bus dari terminal asal ke terminal tujuan. Jadi berbeda dengan di Jakarta: jauh deket 2000 rupiah (atau malah kadang2 kalau deket banget kasih abangnya seribu terus ciao deh hehe). Setelah naik di atas bus, penumpang wajib membeli strippenkaart atau tiket bus yang berisi strip2 yang akan distempel sang supir berdasarkan perhitungan zona yang kita lalui. Misalnya kita mau melakukan perjalanan antar terminal dalam zona yang sama, maka kita harus membeli strippenkaart 2 strip. Bila melakukan perjalanan antar terminal ke zona tetangga, maka kita harus membeli strippenkaart 3 strip. Bila bus menempuh perjalanan sebanyak tiga zona, termasuk zona terminal asal, maka kita harus membeli strippenkaart 4 strip, demikian seterusnya. Rumusnya = z+1 (di mana z adalah zona, halah kaya matematika aja....). Harga per strip kurang lebih 0,8 euro (atau sekitar 11.000 rupiah dengan kurs sekarang.. waduh mahal benerrr). Sebagai informasi, dari terminal bus pusat ke kampus saya bus harus menempu dua zona, berarti bayar berapa strip ya?? Yak betul.. tiga strip =)

Alternatif pembayaran selain membeli strippenkaart di atas bus adalah: membeli strippenkaart di kios, karcis bulanan atau karcis spesial diskon. Membeli strippenkaart terlebih dulu di kios memiliki keuntungan, yaitu lebih murah ketimbang bayar di bus. Strippenkaart yang dijual di kios ini ada dua tipe: 20 strip dan 45 strip. Untuk 20 strip harganya 6,9 euro dan 45 strip harganya 20,4 euro. Bila satu strip = satu zona, silahkan Anda hitung sendiri... Lebih murah bukan?? =p



Contoh Strippenkaart



Yang unik dari strippenkaart ini adalah, sistem stempelnya masih manual oleh sang supir, dan belum menggunakan perangkat elektronik. Tak, tok, tak , tok mirip2 di kantor pos kalau kita mau ngirim surat gitu hehe. O ya, bila Anda melakukan perjalanan 2-3 zona, maka selama 1 jam anda bisa berpindah2 bus sesuka Anda ke zona manapun selama bus itu hanya menempuh 2-3 zona. Untuk perjalanan 4-6 zona, batas berlakunya strippenkaart adalah 2 jam, dan demikian seterusnya semakin lama tenggat waktunya bila zona yang dijalani lebih banyak.

Opsi lain pembayaran adalah membeli tiket bulanan. Ini biasanya dilakukan oleh mahasiswa ketika musim dingin yang kurang kondusif untuk bersepeda. Haganya untuk perjalanan dalam zona yang sama sekitar 30 euro, sementara untuk dua zona bisa mencapai 60 euro. Namun, bila sudah membeli tiket bulanan ini, maka harus sering menggunakannya supaya tidak rugi. Alternatif lain adalah karcis spesial diskon. Karcis ini ada di hari-hari tertentu saja.

Satu tips lainnya, tepatilah jadwal bus bila Anda tidak ingin terlambat. Sebab, bila bus sudah datang dan sedang mengangkut penumpang yang ada di halte, sementara Anda masih berlari-lari dari jarak ratusan meter, percayalah, amat jarang supir menunggu penumpang seperti Anda. Prinsipnya: telat, ambil bus berikutnya. Dan hal ini sering terjadi pada saya. Tentunya tidak enak bukan melihat ekor bus yang seharusnya Anda tumpangi melintas begitu saja di depan Anda, sementara Anda harus termangu menunggu bus berikutnya yang mungkin masih belasan menit lamanya. Inilah mengapa saya kadang2 masih suka kangen dengan metromini atau kopaja jakarta; "Bang, bang bentar Bang!" pasti si abang kondektur bilang ke supirnya: "Kiri, kiri, kiri, masih ada lagi neh". O ya, satu lagi... di sini tidak ada kondektur. Supir betul-betul single fighter.





Ya demikian kiranya pengalaman singkat saya berkenalan dengan salah satu bagian dari sistem transportasi di Belanda, khususnya Utrecht. Semoga bermanfaat! Kalau masih engga paham juga, gampang.... Ambil peta Utrecht, sepeda, dan jangan lupa lampunya! Dijamin lebih simpel dan gratisssss =)












Catatan:
Gambar peta terminal diambil dari:
http://www.lazymarie.nl/A-VBZ/10-vertrektijden/busstation.html


Gambar bus: koleksi foto pribadi (duh mohon maap, yang difoto bus rusak lagi =p)

Labels: ,

Wednesday, January 30, 2008

Perubahan Itu Pasti

Diatur oleh waktu ketimbang mengatur waktu. Buktinya jelas... Berkarakter "deadliners" dan tiba 1 menit sebelum ata 10 menit setelah jam kuliah ;p

Sering melupakan hal-hal remeh dan terlalu dipenuhi pemikiran-pemikiran "what's next". O ya, mudah2an semua sepakat kalau 'makan siang', tempat penyimpanan kunci kamar, dompet adalah hal2 remeh =p What's next? Hehe bukan hal besar jujur... cuma mikir : "ntar nyuci baju jam berapa, mau ngeringin di mana, belanja buat makan malem apa" =) Duh, duh, coba dulu serba mandiri pas ngekos di Bandung tercinta... Di sini prinsipnya : "Do it by yourself, otherwise you can not survive" (hehe, berlebihan ya?)

Kata temen : "postponing jobs is a bad habit".. yah betull, cuma apa daya... kebiasaan menunda-nunda kerjaan ibarat waktu bisa dinego kaya di negara asal.. fiuhh, butuh energi besar untuk menaklukkan "malas". Memang benar kata Ustadz Al-Banna: "kemalasan adalah musuh utama pemuda". Ketemu batunya dah di sini: "Time is everything... If you are often late, then you are not Dutch enough" (temen saya yang satu lagi kasih ceramah =p Well, thank you my friend.. please don't give up on me, I'll do my best in the future hehe)

Ketelitian adalah hal nomor satu! Ibu saya sering berujar. Namun, namanya juga anak laki2 (ups, bukan alasan ini mah.. maap ma =p) wajarlah cenderung lebih lalai. Huff, mudah2an jadi resolusi tahun ini : "Meningkatkan ketelitian".

Yah, masih Agung yang sama... bedanya cuma sekarang 6 sampai 7 jam lebih lama dari Indonesia bagian barat. Terdampar di benua lain, mencoba melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya... cuma apa artinya ya tanpa ada perubahan?? Siip, bismilLah... InsyaAllah perubahan itu ada, karena perubahan itu pasti bukan? =)









Utrecht, Belanda
di penghujung musim gugur, Oktober 2007



Hence, I am starting a new chapter of this long journey on searching "the answers"....




Catatan: buat rekan2 yang sudah sudi mampir dan mendapati blog ini sudah sangat berjamur, mohon maaf =) Yang punya sedang berusaha mengatur waktu dengan baik. Mudah2an dapat kembali sering update dan sharing semua info dan bisa menghidupkan diskusi-diskusi yang bermanfaat...
Mohon doanya selalu agar konsisten menulis =)

Labels:

Saturday, July 07, 2007

SMS-an yuk!

1] Td pg sy ktm sm shbt sy d kntr
Trs dy ajk sy kllg jkt smp siang, jd bls krj d... =(

2] Y udh kl gt. Tp kok bs2nya jd ky gn y?

3] Rpt bys d ats j 8. Sbb bos dtg sll siang. So, qt santai sj... ok

4] Bsk lbr... Jd kl mw ambl gj skrg aj. Dtgg d lt bwh, ok2? T4 bys lah...

5] Bro, dh ada kbr blm? Kl mmg bnr2 ok, sgr kbri y!!! Thx b4


Berapa yang bisa Anda baca? =)

Sadar atau tidak sadar, saya sudah mulai terperangkap dalam budaya "bahasa SMS". Mengganggu? Tidak, sama sekali tidak. Justru memperingan komunikasi. Beberapa negara, menurut sebuah artikel, masih berpolemik tentang penggunaan bahasa SMS ini. Ada yang memperbolehkan, dan ada yang melarang. Dalam konteks "berbahasa Indonesia yang baik dan benar", jelas bahasa SMS dapat mengganggu. Tapi, bila dilihat dari efektivitas, maka jelas sangat efektif. Terlebih untuk pulsa Anda [dan saya tentunya hehe].

Tapi, saya memahami inti dari bahasa adalah ketersampaian informasi. Jadi, selama bahasa yang digunakan tidak mengganggu arus informasi yang dipertukarkan antar pembicara, maka bahasa tersebut akan berkembang. Jadi, tunggu saja sampai kata "t4" atau "qt" dimasukkan ke dalam bentuk lain kata "tempat" dan "kita" di dalam KBBI =)


~ yang lagi iseng dan ga punya ide ~

Labels:

Tuesday, May 29, 2007

Skanda Cafe

Not Just a Cafe, It's A Place to Share

Prolog

Awalnya dari ngobrol-ngobrol tentang ide-ide bisnis. Bisnis pakaian, peternakan, warung, dan lain sebagainya. Tampaknya temen saya yang satu ini senang betul bikin-bikin bisnis baru, dan terutama bila berkaitan dengan jurusannya. Nah, ada lagi temen yang satu, denger-denger bisnis yang bersangkutan banyak. Maksudnya banyak yang ga kongkrit [he he maap ya.. tapi udah saya promosiin lho blognya]. Berhubung saya udah kebelet banget kepingin belajar bisnis, dan lagi ada tawaran untuk mengembangkan bisnis warung makanan, ini sebuah kebetulan yang sangat pas.. Karena pikiran saya, bisnis makanan selalu berprospek selama ada perut manusia [ini pikiran yang cukup aneh]. Walaupun beda dengan cita-cita awal saya yang mana akan mendirikan warung padang, entah warung padang murah a la mahasiswa maupun warung padang sekelas "Sederhana" [yang sangat tidak sederhana harganya]. Akhirnya, kami, dan ditambah dua orang lagi, sepakat untuk mendirikan sebuah warung makan tradisional.

Kenapa tradisional?? Di jaman yang serba global ini, aset bangsa jelas harus dijaga agar budaya2 asing tidak masuk dan melakukan penyusupan kepada masyarakat. Di samping itu, kami juga berhasrat untuk menggerakkan sektor riil dengan membuat bisnis yang langsung menyentuh sektor tenaga kerja yang tersisih. Dan tentu saja kami mempunyai keinginan untuk membuat sebuah warung yang bisa menjadi trade mark Bandung; dikenal karena makanan2 tradisionalnya. Pilihan kami adalah warung yang menjual penganan ringan sebagai menu utama, dan tentunya tidak melupakan makanan berat sebagai menu selingan [ini untuk mengakomodasi kaum pria yang punya elastisitas perut lebih besar tentunya].

Dan untuk pertama kalinya saya menggunakan media blog ini sebagai sarana berpromosi. Walaupun saya yakin bahwa halaman blog adalah wahana tempat sang pemiliki berkreasi bebas, tapi saya mohon maaf juga buat yang tidak berkenan untuk iklan komersial ini..


SKANDA CAFE

Terletak di Jalan Gelap Nyawang, atau lebih tepatnya di ujung Jalan Skanda, Kota Bandung, Jawa Barat. Bila Anda berkesempatan wisata keliling masjid Salman dengan kuda, maka Anda pasti melewati Jalan Skanda. Dan di ujung barat taman Ganesha, akan terlihat bangunan-bangunan dua tingkat. Nah, Skanda Cafe ini berada di lantai dua dengan dekorasi saung yang akan mudah dicirikan.


Memiliki Visi : “Not Just a Cafe! It is a Place to Share”
dan Misi :
1. Menyajikan makanan khas Indonesia yang sehat
2. Menyediakan fasilitas pendidikan (berbagai macam buku, Koran, majalah, dll).
3. Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan keterampilan


Menu yang disajikan antara lain :

1. Singkong manis (singkong yang dimasak dengan air gula serta dibumbui dengan bubur, selai buah-buahan, dll.)

2. Jagung keju (jagung manis yang direbus kemudian ditaburi keju kraft dan susu ).

3. Jagung urab (makanan khas daerah jawa yang menyajikan jagung manis yang direbus dan kemudian ditaburi kelapa parut dan gula putih).

4. Nasi tutug Oncom (Nasi yang dicampur dengan oncom dan bumbu khusus dan disajikan bersama daging ayam, tahu, tempe, dll.).

5. Lempeng (makanan khas Kalimantan yang terbuat dari dadar tepung gurih dan macam-macam buah-buahan).

6. Jus Skanda yang menyajikan sari buah-buahan kental dengan dicampur oleh variasi cocktail dan susu/coklat hangat.

7. Jus Sehat yaitu jus yang terbuat dari gabungan beberapa buah-buahan syarat vitamin dan mineral.

Tentu saja dengan harga mahasiswa [berkisar 3.000-4.000 rupiah untuk makanan ringan dan 5.000-6.500 rupiah untuk makanan berat] dan kondisi makanan yang dijamin higienis.


Selain makanan ringan tradisional, Skanda Cafe juga menyediakan layanan tempat dan fasilitas untuk kegiatan seperti di bawah ini :
1. bedah buku
2. diskusi interaktif
3. taman bacaan
4. pelatihan untuk meningkatkan softskill (merajut, menggambar, desain tekstil dan interior, berkebun, pelatihan kewirausahaan, dll.)
5. pementasan seni atau karya sastra



SOFT LAUNCHING InsyaAllah akan dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2007. Dapatkan harga promosi untuk beberapa jenis produk. Anda yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya, diundang untuk menghadiri acara ini. Terutama blogger2 yang punya link ke saya [he he he....].



NB:

1. Bagi yang berminat menjadi investor dan ingin tahu informasi lebih lanjut dapat menghubungi saya

2. duh, posting cerita umrohnya tertahan dulu... Punten, malah posting promosi begini. Tapi dateng ya!! =p

Labels:

Wednesday, May 09, 2007

Berhenti Sejenak


Alhamdulillah, akhirnya saya berkesempatan menjawab panggilan-Nya untuk sowan ke tanah haram. InsyaAllah Jum'at ini berangkat umroh selama 9 hari, mohon doa restu dari rekan-rekan blogger yang sering atau tidak sengaja mampir dan membaca tulisan ini. Semoga perjalanan saya barokah, mencerahkan, dimudahkan dan bisa mabrur [Amiin...].

Satu hal yang selalu saya alami menjelang momen-momen penting adalah "berada dalam kondisi terburu-buru." Sering ketika menjelang Ramadhan, saya baru sadar belum menyiapkan diri dan hati. Karena apa? Ujian, kegiatan, dan segala macam urusan keduniaan lainnya. Demikian pula sekarang, intensitas kerjaan yang melompat tinggi menghambat persiapan saya. Bukan alasan memang, ini mungkin sebuah ujian. Untuk melihat, sejauh mana jiwa ini bereaksi. Apa ia lebih condong kepada urusan keduniaan sehingga larut dan bersenyawa dengannya, atau malah sebaliknya. Dan bila sebaliknya yang terjadi, barulah saya bisa tersenyum lega.

Akhir kata tiada yang lebih saya harapkan selain doa dari rekan-rekan, semoga perjalanan ini benar-benar untuk kebaikan. Titipan do'a [baik do'a sapu jagat maupun do'a bertopik khusus =D ] bisa dikirim via e-mail atau comments di blog ini. Deadline : Kamis malam besok =D

Labbaik Allaahummalabbaik... Labbaik syariikalakalabbaik...
Innal hamda, wanni'matan, lakawalmulk...
Laasyarikalak...

Wallahu'alam bish-showab

Labels:

Tuesday, November 07, 2006

Oleh-oleh Dari BBM

Seperti biasa, tidak on-line satu hari, maka window2 offline message menyerbu dengan ganas. Salah satunya seperti ini : "Nov-3Des 2006, 9-19, bursa buku murah dengan potongan harga mencapai 50%, bertempat di Gedung A Departemen Depdiknas, sebelah Ratu Plaza. Penerbit.... (lupa lagi, udah dihapus offline message-nya)." Jadilah saya menyimpan niat keesokan hari mau berburu buku-buku bagus dengan harga miring. Maklum, uang THR sama sekali belum terpakai karena lebaran yang sangat singkat dan padat untuk tahun ini dan tidak sempat berjalan-jalan ke mana pun selain rumah sepupu di Bandung.

Masuk kerja besoknya, ada sebuah pesan pendek masuk lagi : "Sibuk engga? Mau ikutan ke Borong Buku Murah (BBM) di wisma BNI?" Nah lho?? Gimana ini, kemarin katanya di sebelah Ratu Plaza, kok jadi di wisma BNI?? Usut punya usut ternyata offline message yang saya terima terpotong, seharusnya bunyinya : "24 Nov-3Des 2006, 9-19, bursa buku murah dengan potongan harga mencapai 50%, bertempat di Gedung A Departemen Depdiknas, sebelah Ratu Plaza. Penerbit...." Dan dari tanggal 6-8 November ada lagi kegiatan bursa buku , boleh dibilang gila-gilaan, dengan harga perbijinya Rp 2.500,- !!! Dengan semangat '45 saya pun merencanakan seusai rapat siang itu akan segera cabut ke wisma BNI. Apa daya, rapat pun memasuki masa over-time 2x30 menit (emang ada ya over-time sepanjang itu?) sehingga baru selesai pukul 3 kurang bertepatan dengan kumandang adzan ashar.

Yup! Keesokan harinya saya pun sudah mempersiapkan waktu untuk sekedar mampir ke wisma BNI. Dalam bayangan saya, nanti saya akan punya waktu cukup untuk memilih-milih dan membeli buku2 yang cukup menarik. Jam 10.00 teng saya tiba di lantai 2 Wisma BNI, di depan sebuah ruang terpampang tulisan "Borong Buku Murah (BBM)" dan di depan pintu masuk dipasang garis antrian yang berkelok-kelok cukup panjang. Kemarin teman saya sudah mengingatkan bahwa keadaan di sana sangat kacau, dan buku-buku yang tersisi ketika ia datang (pukul 12 siang ke atas) sudah bersisa komik-komik yang kurang menarik. Kalau masalah jam datang sudah saya siasati dengan datang lebih awal. Namun ternyata, saya salah perhitungan mengenai medan yang akan saya kunjungi. Alih-alih bisa memilih dengan tenang, ada juga kelompok-kelompok manusia sedang mengeroyok beberapa timbunan buku. Di sudut-sudut lainnya ada timbunan-timbunan buku yang dibiarkan tergeletak. Tadinya saya berniat menjelajah dari timbunan yang dibiarkan tergeletak, namun saya urungkan setelah saya lihat isinya hanya komik-komik lama. Ya sudah, langsung saya mengalihkan perhatian kepada kelompok orang yang berebutan buku dan bergabung di dalamnya. Dan di sinilah perhitungan saya meleset jauh. Buku yang pertama saya lihat dan tampak bagus langsung saya ambil dan kumpulkan. Padahal baca resensinya saja belum, jadilah saya hanyut dalam kegiatan "mengambil dengan penuh semangat tanpa pikir panjang" buku-buku yang tampaknya bagus.

Sudah selesai dengan satu timbunan buku, lantas saya berkeliling mencari timbunan lainnya. Beberapa buku saya sikat, termasuk buku terbitan Elex untuk anak-anak. Ah, bisa buat adik-adik di Bandung pikir saya. Kapan lagi 2.500?? Lagi asyik memilih buku anak-anak, terjadi kehebohan di belakang saya. Rupanya petugas jaga sedang mengeluarkan stok buku baru lainnya. Jadi sepertinya stok buku dikeluarkan dengan shift tertentu. Mungkin untuk menjamin buku bagus tidak habis secara cepat. Dengan semangat yang menggelora lagi, lantas saya pun memburu buku-buku baru itu. Jadi kondisinya mirip pasar senggol yang jualan barang-barang kebutuhan pokok, atau mirip juga dengan pembagian makanan berbuka gratis secara massal. Senggol sana-senggol sini, dan akhirnya saya urungkan juga berebutan, karena engga tega juga lihat ibu-ibu sama mbak-mbak terdorong sana-sini.

Dengan setumpuk buku di tangan, saya menuju kasir. Perkiraan saya ada sekitar 40-an buku di tangan saya. Ketika usai dihitung di kasir, mbak petugas meminta saya mengurangi satu buku yang telah saya ambil. Ternyata sistem yang diterapkan adalah pembelian harus kelipatan 4. Pikir saya, daripada mengurangi satu mendingan nambah 3 buku. Jadilah saya pilih beberapa komik-ensiklopedia terbitan Elex. Dan harganya luar biasa murahnya!! Total 35 buku yang saya beli tidaklah lebih mahal dari 2 buah buku yang saya beli di Gramedia sebelum puasa dulu.

Begitulah petualangan hari Selasa. Lumayan juga saya pikir, beli banyak bayarnya sedikit. Lantas timbul pertanyaan saya atas klaim beberapa dosen dan banyaknya artikel di surat kabar yang menyatakan bangsa Indonesia masih malas untuk membaca. Lha wong yang beli buku aja bejibun gitu, mulai dari pegawai bank sampai mahasiswa. Bukankah minat baca masyarakat tinggi??? Apa mungkin orang-orang yang beli buku berkardus-kardus itu untuk dijual kemudian, dan bukan untuk dibaca? Atau mungkin orang-orang banyak yang punya hobi ngumpulin buku dan bukan baca buku, seperti saya? Yang 40% koleksi buku saya saja belum yakin saya kuasai benar. Wallahu'alam.


NB : Tips untuk yang berminat ke BBM, jangan lupa bawa teman supaya kegiatan mengambil bukunya jadi lebih optimal. Maksudnya temen kita megangin buku, sementara kita mencari sekuat tenaga. Kalau tuh tenaga sudah habis, gantian deh...he he he

Labels:

Thursday, November 02, 2006

Intermezzo

Ditilik dari sikap dan penampilannya, biasa saja. Tidak ada yang istimewa, seperti mahasiswa pada umumnya. Tapi cobalah berdiskusi dengannya, akan terurai dengan jelas pribadi macam apa dia. Pemahamannya mendalam, meski terkadang kurang bisa disampaikan dengan sistematis. Pengamatan yang dilakukannya selalu berujung pada pertanyaan yang keluar dari kebiasaan yang ada; bisa dibilang kritis, kalau tidak boleh dibilang "aneh". Sudah hampir dua tahun kami tidak pernah bersua secara langsung, kecuali beberapa SMS dan testimonial di Friendster. Nasihat "Don't judge a book by its cover" benar-benar layak disematkan kepada adik kelas sekaligus sahabat saya yang satu ini.

Pernah suatu waktu kami membahas tentang kepanitiaan di kampus. Tipikal acara yang dibuat, proses pembuatan acara dan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan maupun kegagalan sebuah acara. Yang masih saya ingat hingga sekarang adalah kesimpulan pada sebuah diskusi kami. Bahwa : akar korupsi di negeri ini ternyata ada pada kepanitiaan mahasiswa di kampus. Lho kok bisa? Jawabannya ada pada mark-up dana pada hampir setiap anggaran yang dibuat panitia. Misalnya dana logistik berdasar perhitungan sebesar 1,5 juta, namun dengan alasan keamanan atau (lebih parah lagi) demi alasan profit, maka pos dinaikkan menjadi 2,5 juta. Dalam pelaksanaannya, tentu saja panitia berusaha mencari tempat2 penyewaan peralatan yang paling murah, sehingga ada selisih dana yang didapat dan dana yang dibelanjakan (inilah yang kami sebut profit). Dia berargumen bahwa panitia tersebut telah membohongi penyandang dana dan penikmat acara. Kenapa? Karena seharusnya ketersediaan logistik yang dapat disediakan bisa mencapai 2,5 juta, namun karena "otak" profit panitia, penikmat acara hanya disuguhkan logistik sebesar 1,5 juta. Lain halnya kalau memang acara itu bertujuan untuk mengumpulkan profit. Alih-alih demikian, trend pembulatan anggaran hampir ada di seluruh kepanitiaan di organisasi kami; baik yang profit oriented maupun non-profit oriented. Argumen yang menurut saya cukup nyeleneh dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Ada lagi pemikirannya mengenai : memberi uang pada anak jalanan. Dalam sebuah pesta rakyat di seberang kampus, sepotong nasihat diberikan oleh ibu-ibu pengasuh anak jalanan : "Jangan pernah memberikan uang pada anak jalanan. Berikan mereka makanan dan senyuman." Jelas nasihat ini berlawanan dengan pendapat sahabat saya tadi. Argumennya adalah apakah setiap anak jalanan yang ada dapat terjangkau oleh yayasan2 penampung? Bagaimana kalau mereka betul2 membutuhkan uang? Memang dalam pasal 34 UUD'45 (kalau belum bergeser setelah amandemen) dikatakan bahwa fakir miskin dan anak2 terlantar dipelihara oleh negara. Tapi kondisinya sekarang? Apa negara mampu? Lantas, sampai kapan kita menunggu negara? Sampai anak2 jalanan itu kelaparan dan sakit?? Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab oleh saya. Akhirnya, hingga sekarang saya sepakat dengannya. Mungkin memberikan uang bukan cara membantu yang terbaik bagi anak2 jalanan, namun melarang memberikan uang juga tidak bisa dikatakan solutif untuk mereka semuanya. Saya memilih membebaskan orang untuk membantu dengan cara apappun terhadap anak jalanan.

Paling sering obrolan kami "nyangkut" di politik kampus. Teori2 konspiratif, tebakan-tebakan langkah politik, pemetaan kubu dan hitungan-hitungan massa kerap mewarnai diskusi kami. Belakangan saya juga tahu, bahwa sastra juga menjadi kegemarannya.

Sahabat saya yang luar biasa ini akhirnya harus meninggalkan kampus karena terjebak dalam sebuah fase dari kurikulum yang agak kurang jelas manfaatnya. Dengan rentang jarak di antara kami, masih sering sms2 mengenai politik kampus dan korupsi menyapa HP saya. Tanpa kalimat pendahuluan dan bahkan langsung ke topik. Namun sejak sms-nya yang terakhir kami belum pernah berhubungan lagi. Entah kenapa saya terfikir saat ini untuk menuangkannya dalam sebuah tulisan di blog. Semoga bisa menjadi pengingat buat saya, bahwa kebenaran itu bisa datang dari siapa saja. Wallahu'alam

NB : Tulisan perdana setelah Ramadhan. Kembali sedang berusaha meluruskan niat : "Untuk apa sih menulis?"
Untuk sang sahabat yang seringkali menginspirasi, sungguh saya rindu obrolan2 kita di malam-malam panjang selepas jam penat di sekre. Ditemani roti bakar, nasi goreng hingga soto padang...
Apa kabar di sana TW? Next-time loe yang traktir ya =D

Labels:

Wednesday, October 04, 2006

Dan Sekaranglah Waktunya...

Dikisahkan Abu Nawas, seorang bijak dari Baghdad yang sangat terkenal kini, pada masa kelamnya adalah seorang pemabuk dan suka berbuat hal-hal yang tidak baik. Pada sebuah malam di bulan Ramadhan, Abu Nawas sedang berjalan pulang sehabis mabuk-mabukan. Kerena pulang dalam kondisi mabuk, ia tertidur di tengah jalan. Dalam tidurnya ia bermimpi bahwa dirinya berubah menjadi seekor lalat dan hinggap di sepiring kue. Seseorang menegurnya dan berkata : "Wahai Abu Nawas, seperti itulah dirimu dengan dunia. Kehadiranmu di dunia justru membuatnya semakin tidak menarik. Dirimu ibarat seekor lalat yang membuat kotor lingkungan sekitarmu. Tidak ada faedahnya sama sekali." Tersadar dari mimpinya, Abu Nawas pun semenjak itu bertobat dan menjauhi hal-hal haram yang dulu pernah dilakukannya. Walhasil, hingga kini Abu Nawas kita kenang dengan do'a indahnya kepada Allah.

Kehadiran Ramadhan sungguh luar biasa. Membawa daya ubah yang sedemikian besar kepada lingkungan di sekitar kita. Coba perhatikan stasiun-stasiun televisi; berlomba memproduksi episode-episode kultum terbaik. Coba pula perhatikan kegiatan perkantoran atau pun kuliah; mulai acara buka bersama hingga menyantuni anak yatim digelar. Dalam sebuah bus di suatu hari menjelang sore, saya mendengar percakapan antara dua pengamen (satu sebenarnya mungkin bukan pengamen, karena bukan menjual jasa menyanyi, tetapi berpuisi). Yang satu mengamen menggunakan biola, dan tampaknya cukup mahir. Dan satunya berbekal tausiah dan selembar kertas puisi serta berpakaian ala anak muda zaman sekarang. Berikut petikannya:

Pengamen : "Dapet berapa hari ini?"
Penyair : "Ya lumayanlah... Dari mana loe?"
Pengamen: "Dari sono mau ke blok M. Loe sendiri?"
Penyair : "Dari senen. Gw udah kesorean nih, habisnya tadi baca komik dulu di sono. Yaaa, mestinya baca Al-Qur'an sih bulan puasa gini. Cuman, namanya juga napsu, susah dikendalikan."
Pengamen : "Iya nih... Gw tahun ini rencana mau puasa full dulu. Tapi puasanya nahan laper sama haus doang. Bertahap dulu deh... Kalo nahan napsu mungkin tahun depan bisa.."
Penyair : "Iya betul, bertahap aja dulu.. Gw juga pengen numbuhin roja' dan khauf sama Allah.. Ya, antara harap-harap cemas gitu... Susah bener ya?"
Pengamen : "Ya gitu deh...Eh turun yuk.."

Banyak orang berpendapat bahwa agama telah menjadi komoditas bagi kaum kapitalis. Peraturan-peraturan dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga bisa memperluas pasar. Euforia hari raya dimanfaatkan untuk mengumbar nafsu konsumsi manusia. Bahkan dalam salah satu slogan pusat perbelanjaan, diceritakan bahwa berbelanja adalah kegiatan paling tepat untuk menghabiskan waktu sebelum berbuka.

Tidak sepenuhnya salah pendapat demikian. Bahkan dalam bulan selain Ramadhan, saya sepakat dengan pendapat seperti itu. Tapi ini Ramadhan... Ada baiknya prasangka akan niat diurungkan terlebih dahulu. Prasangka akan berujung kepada kesinisan. Sementara bulan ini sudah dijanjikan akan penuh dengan barokah. Semua peluang berbuat maksiat seakan-akan menjadi kecil, dan peluang beramal baik kian membesar. Masih tegakah kita menghakimi niat orang, sementara niat itu sudah jelas-jelas dikatakan bukan urusan manusia? Masih relakah waktu kita terbuang percuma untuk berprasangka terhadap orang lain?

Dalam bulan ini, semua amal baik dilipatgandakan pahalanya. Suasana menjadi lebih kondusif untuk beramal. Dapat kita temui di sekitar kita orang-orang berlomba mengejar pahala. Kalau pun kita melihat sesuatu yang kurang baik, insyaAllah doa kita mustajab untuk merubahnya dan jauh lebih baik daripada umpatan dalam hati. Tidakkah kita lihat deru nafas di sekitar kita yang memburu rahmat, maghfiroh dan janji untuk dijauhkan dari api neraka?

Tidak ada momentum paling tepat untuk merubah diri ini, mengevaluasi amalan kita dan meneguhkan hati kita selain di bulan ini. Bulan di mana "keajaiban" terjadi... Bulan di mana subuhnya selalu lebih dari satu shaff, bahkan terkadang penuh. Bulan di mana isya'-nya ditunggu-tunggu oleh jama'ah tarawih. Bulan di mana malamnya penuh dzikir tengah malam sebelum sahur. Dan sekaranglah waktunya untuk berubah menjadi lebih baik. Semoga!

Labels:

Thursday, September 21, 2006

Jelang Ramadhan 1427 Hijriyah

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (Al Baqarah : 185)

Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda : Setiap amal manusia terdapat pahala yang terbatas kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku (Allah) yang membalasnya, dan puasa adalah perisai. Dan pada hari puasa janganlah kalian mengatakan atau melakukan perbuatan keji dan janganlah membuat gaduh, jika salah seorang kalian mencelanya atau membunuhnya maka hendaklah mengatakan : Sesungguhnya aku sedang berpuasa , demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya benar-benar bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi, bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang ia gembira dengan keduanya : jika berbuka ia gembira, dan jika bertemu Allah dengan puasanya ia gembira. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Sahl dari Nabi bersabda :Sesungguhnya dalam syurga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hariu kiamat, dan selain mereka tidak akan masuk melaluinya.Dikatakan : Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka pun berdiri.Dan selain mereka tidak akan memasukinya .Maka jika orang-orang yang berpuasa sudah memasukinya ditutuplah pintu itu dan tidak seorangpun akan memasukinya, Dan barangsiapa yang telah masuk ia pasti minum dan barangsiapa yang minum ia tidak akan kehausan selamanya. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim)
-------------------------------------------------------

Kala jenak-jenak kerinduan mulai menggelora,
Berpacu dengan deru kesibukan fana,
Di mana kelalaian demi kelalaian seakan menjadi sebuah kebiasaan,
Masihkah terselip hisab diri di antaranya?

Mari berhenti sejenak saudaraku...
Di bulan penuh sajian yang tinggal di depan mata ini,
Hadapkan hati dan wajah kita kepada apa-apa yang disuka-Nya,
Karena puasa kita sungguh hanya untuk-Nya

Kalaulah memang iman manusia itu kadang naik dan kadang turun,
Maka kumohon untuk Ramadhan ini, naikkan terus iman kami ya Rabb..

Saya mohonkan maaf juga atas segala khilaf dan alpa,
Selama berinteraksi di dunia blog ini...
Karena sesungguhnya ampunan Allah bergantung pada pemberian maaf Anda semua..
Atas segala lisan yang tidak berkenan, mohon dimaafkan
Semoga kita disampaikan hingga akhir Ramadhan 1427 H, dan menjadi orang yang bertakwa selepasnya...
Amiin..

--Penghujung Sya’ban 1427 H

Labels:

Wednesday, August 30, 2006

Ayo Naik Taxi Rame-rame...

Di suatu sore, sepasang suami-istri berusia 60 tahunan berjalan bersama serombongan anak lelaki berseragam SMA. Lantas, terjadilah sebuah dialog :

Bapak : Jadi, gimana keputusannya? Naik taxi aja nih? Kalau naik taxi cukup dua kayanya. Coba..coba ayo dibagi dua. Yang kecil-kecil ikut ibu, yang besar-besar ikut saya..

Ibu : Iya, ayo coba dibagi dua... Sini, sini..

Anak 1 : Iya bisa Pak, naik taxi. Duduk di belakang 5 orang-5 orang.

Anak 2 : He he, masalahnya nih, jumlah kita 11 orang. Bagaimana tuh?

Anak-anak : He he, iya nih rame benerr...

Ibu : Waduh, iya juga ya.. Ada 11 orang, mana cukup di belakang 6

Bapak : Ha ha ha... Jadi gimana dong?? (lantas bersemangat mengejar sebuah taxi untuk ditawar harganya)

Ibu : Eeh Bapak, bentar dulu kenapa... (lantas seorang ibu lainnya lewat). Aduh, Ibu selamat sore.. Apa kabar?

Ibu 2 : Waduh.. rame-rame bener nih, pada mau ke mana??

Ibu : Ini bu, ngajak jalan-jalan anak asuh

Ibu 2 : Ck,ck,ck... (tersenyum sambil lantas mennyetop sebuah bus untuk dinaiki)

Sementara sang bapak dan ibu tadi masih sibuk menentukan moda transportasi yang tepat untuk berjalan-jalan bersama..... : 11 anak asuh berusia SMA

Subhanallah.... Pelajaran ternyata bisa ditemukan di mana saja, termasuk di halte bus sekali pun!

"Hikmah adalah barang hilang milik mukmin. Maka, di manapun ia menemukannya, ia lebih berhak atasnya." (HR al-Tirmidzî)

Labels:

Thursday, August 24, 2006

Ever Feeling Lost Control on Your Body?

Ya, pernahkah merasakan bahwa kita sama sekali tidak memiliki kontrol atas tubuh kita? Beberapa momen sempat membuat saya merasakan hal tersebut.

1. Ketika kali pertama mencoba Bolang-Baling di Dunia Fantasi; gara-gara termakan bujuk rayu teman. Katanya sih naik itu enaaak banget. "Pokoknya beda deh sama roller coaster. Ini lebih ga menakutkan!!". Ya sudahlah saya nurut saja, maklum jarang sekali jalan-jalan ke luar kota bareng temen se-SMA. Ternyata.... MasyaAllah, itu kursi diputar-putar 360 derajat dengan berbagai posisi.
Bolang-Baling adalah sebuah wahana di mana beberapa kursi digantungkan kepada lingkaran besi. Lingkaran besi itu dapat dinaikkan dan diturunkan dengan semacam penunjang hidrolik (mungkin ya?). Gantungan kursi dapat digerakkan maju mundur sesuai keinginan pemegang kendali. Dan yang paling penting, lingkaran besi itu dapat diputar dengan kecepatan tinggi ketika berada pada jarak lebih dari 10 meter di atas tanah. Untuk keselamatan, kursi memiliki pengaman yang dapat menahan tubuh sehingga tidak jatuh. Ketika akan naik wahana ini, semua barang2 yang mungkin jatuh, seperti : kacamata, sepatu, handphonde dan tas harus diletakkan d i bawah terlebih dahulu.
Yah jadilah ketika putaran2 dengan kecepatan tinggi dilangsungkan, tubuh kita hanya bergantungan pada pengaman tersebut. Mau lihat bawah? Silahkan.. Tapi saya tidak merekomendasikan. Lha wong saya saja merem ga karu-karuan ketika diputar-putar di atas. Berharap putaran2 itu segera selesai dan kita segera diturunkan.

2. Ketika take-off dan landing perjalanan udara menggunakan pesawat terbang. Kebanyakan orang berpendapat bagian paling beresiko dari perjalanan udara adalah ketika landing dan take-off tadi. Pada saat take-off, titik krusial menurut saya adalah pada saat roda pesawat meninggalkan tanah. Dan setelah itu pesawat teruuus naik mencapai ketinggian normal terbangnya. Pada saat landing, saat2 mendebarkan adalah ketika pesawat mencoba mencari tempat terbaik untuk memulai pendaratan. Pernah suatu waktu, pesawat yang saya tumpangi lama seklai berputar-putar di angkasa karena cuaca yang buruk.
Ketika saat itu, jelas penumpang tidak tahu apa2 dan tidak bisa berbuat apa-apa pula selain mengencangkan ikat pinggang dan mencoba santai (sambil berdoa tentunya). Menunggu dan menunggu sampai ada perkataan : "Good landing captain..." (meniru sebuah iklan)

Kedua momen itu benar2 membuat saya merasa kehilangan kontrol atas tubuh saya. Kalau dalam keseharian kita dapat menentukan dengan baik gerakan2 lanjutan tubuh kita, tidak demikian ketika berada dalam kedua kondisi tadi. Kita hanya bisa pasrah sepenuhnya...
Dalam sebuah majelis shalat Jum'at, pernah ada seorang khatib yang mengungkapkan pernyataan seperti ini :"Bapak2 belum pernah naik pesawat? Ah masa... Pesawat itu kan yang besar dan bisa melayang bukan? Bukannya kita setiap hari naik pesawat?? Lha itu.. Bumi kita kan besar dan bergerak melayang2 di angkasa dengan kecepatan tinggi.. Berarti kita naik pesawat gratis tiap hari dong.." (disambut cengiran para hadirin majelis tersebut)

Fully out of control... Setiap hari sebenarnya kita tidak secara penuh bisa menguasai tubuh kita. Ketika berjalan di jalan raya, sehati-hatinya kita, bukankah ada saja kemungkinan sebuah mobil keluar dari jalur dan menabrak? Ketika sedang berada di rumah menonton TV, bukankah ada kemungkinan terjadi gempa dan atap rubuh menimpa kita? Ketika sedang berada di kamar mandi, bukankah ada kemungkinan juga kita terpeleset karena sabun yang jatuh? Bukankah ada kemungkinan juga bumi ini keluar dari orbitnya dan menabrak planet lainnya??

Wallahu'alam

Labels:

Wednesday, August 09, 2006

Mendefinisikan Keadilan

Berbicara keadilan... Seorang guru saya mengajarkan pengertian keadilan secara menarik : meletakkan sesuatu pada tempatnya. Jadi, bila sandal diletakkan di kepala dan topi diletakkan di kaki, itu adalah sebuah ketidakadilan. Hmm.. lucu memang. Tapi rumusan ini kalau ditelaah lebih jauh dan diaplikasikan, maka cukup membantu dalam mendefinisikan adil dan tidak adil. Lebih lanjut, keadilan didefinisikan sebagai "memberikan seseorang sesuai dengan haknya".

Sore kemarin kembali saya mendapat pertanyaan yang berupa lintasan pikiran mengenai makna keadilan. Masih terkait dengan masalah pilih-memilih (seperti postingan sebelumnya; dan tumben sekali posting harinya deketan gini...). Sore itu saya dihadapkan pada beberapa pilihan : pengamen dengan krecekan (tutup botol yang disusun dan ditusuk dengan besi atau kayu)-nya, penjual permen asam, atau penjual perlengkapan sehari-hari (semisal gunting kuku, korek kuping, korek api, dll dengan harga hanya 1.000 rupiah tiap buahnya). Pada yang mana uang 1.000 saya akan saya berikan? Menuruti emosi, maka saya lebih memilih pengamen tersebut. Kenapa? Karena pengamen itu adalah seorang ibu dan sedang membawa anak. Lagipula, dalam pemikiran saya, ibu itu mungkin memang tidak bisa berusaha apa-apa lagi; berbeda dengan penjual permen asam dan penjual barang-barang sadaya aya (semua ada) tadi yang masih bapak-bapak dan cukup sehat.

Sejenak kemudian, saya seperti mengalami deja vu. Pilihan-pilihan seperti itu ternyata selalu ada di setiap lampu merah yang saya lewati dalam keseharian saya pulang kantor. Dan hasil perhitungan saya, seringkali saya memberi kepada mereka (ibu2, anak2 atau pun tuna netra) yang meminta-minta. Salahkah? Semuanya berawal dari niat; dan yang mengetahui kemurnian niat seseorang hanyalah dirinya dan Allah SWT. Jadi mungkin benar-salah tidak bisa muncul dari penghakiman orang yang melihat. Tapi melihat dari kacamata objek yang menjadi pilihan, maka ada sebuah pendapat yang menarik.

Mungkin saja para penjual barang-barang, penjual koran dan penjual2 lainnya merasa tidak diperlakukan secara adil. Kenapa? Bukankah mereka memeras keringat dengan menjual "sesuatu"?? Bukankah berjualan di sudut2 lampu merah adalah sebuah pekerjaan yang halal?? Lantas kenapa yang diberi malah mereka yang meminta-minta dan tidak menjual apa-apa? Okelah, mungkin para pengemis itu menjual "perasaan kasihan" dengan kondisinya yang (maaf) kadang cacat; dengan kondisinya yang masih anak2 kecil; dan dengan kondisinya yang sudah tua renta. Tapi apa lantas itu bisa menjadi sebuah pengecualian yang dapat menafikkan kenyataan bahwa : mereka semua sedang bekerja saat itu... Bekerja menjual barang, bekerja menjual belas kasihan dan lainnya. Dan sudah selayaknya semua memperoleh peluang yang sama untuk mendapatkan rupiah demi rupiah dari para pengendara.

Paragraf di atas adalah tebakan saya atas pemikiran para penjaja barang; dan bukan bermaksud berburuk sangka. Hanya sebuah tebakan yang didasarkan pada rutinitas pemberian infaq saya. Sepertinya saya harus mendefinisikan ulang makna keadilan yang saya pahami. Adil menurut saya belum tentu adil menurut mereka yang diberi atau tidak diberi.

Terkait dengan memberi pada anak-anak jalanan, saya pernah mendapat nasihat yang cukup bagus : "Jangan pernah memberi uang, cukup beri mereka penganan kecil plus sesungging senyum." Untuk apa? Agar pola pikir mereka tidak hanya uang, uang dan uang... Seorang sahabat meng-counter nasihat ini dengan berpendapat : "Kalau mereka butuhnya uang terus gimana? Mau nungguin dibantu sama pemerintah? Sampe kapan?? Keburu udah ga ada kali!! Jadi ngasih duit juga engga apa-apa!"
Kedua pandangan itu benar menurut saya. Tidak ada yang salah, tergantung kondisi dan situasi yang sedang berlangsung. Bila merujuk pada definisi keadilan di paragraf pertama (memberi sesuai haknya), maka yang jadi pertanyaan adalah apakah hak anak-anak jalanan tersebut? Bisa jadi memang mereka butuh uang untuk sekolah; maka jadilah uang itu adalah haknya. Haknya yang telah dirampas dari para wajib pajak dan wajib zakat yang mangkir. Bila pada saat itu ia hanya disuruh oleh orang tuanya untuk mencari uang, sementara ia dalam keadaan lapar yang amat sangat, maka jadilah makanan itu sebagai haknya.

Fiuuhhh.. Sulitnya berbuat adil, terlebih bila emosi senantiasa mendominasi. Ah sudahlah.. saya sudahi saja ceracau tentang keadilan ini. Semoga pengalaman demi pengalaman senantiasa menyeimbangkan timbangan sikap adil yang saya miliki.

Wallahu'alambishawwab

Labels:

Monday, May 29, 2006

Setelah 10 tahun

Tidak ada yang berubah, setelah 10 tahun lalu terakhir kali menginjakkan kaki di kota itu.

Udara yang sejuk menyapa setiap pendatang; lebih sejuk dari Jakarta dan Bogor, mungkin sedikit di bawah Bandung. Warna hijau yang cukup banyak ditemui dalam taman-taman sepanjang jalan menyisakan tanda : Malang didesain sebagai salah satu dari dua kota taman (Garden Town) pada era kolonial Belanda.

Jalan Ijen dengan perumahan mewahnya; di ujung jalan masih berdiri tegak Plaza Dieng, yang kini sepertinya harus bersaing dengan Malang Town Square (Matos) -- pusat perbelanjaan baru yang kabarnya sempat menjadi kontroversi. Fenomena pembangunan mall-mall telah memasuki kota Malang. Di balik Plaza Dieng, ada jalan masuk ke Kelurahan Pisang Candi; ke dalam lagi, maka saya menemukan rumah eyang tercinta.

Sekali lagi, tidak ada perubahan signifikan dengan rumah itu. Rumah dua lantai dengan ruangan cukup besar. Voight (lubang udara) yang lebih luas dari luas lantai kedua masih menjadi ciri khas. Foto-foto keluarga besar masih terpampang di sana; kursi goyang favorit juga masih ada di beranda belakang, menemani pikiran yang melayang untuk bernostalgia. Halaman belakang saja yang sekarang sudah hilang, bersamaan dengan matinya ayam jago yang biasa bertengger.

Di seberang rumah, tanah kosong masih belum digarap oleh pemiliknya. Udara seputaran kompleks masih sangat sejuk. Jalanan kompleks juga relatif sepi; berbeda dengan Jakarta, jalanan kompleksnya penuh dengan mobil di kiri-kanan jalan. Mau beli oleh-oleh atau sekedar mengisi perut kosong? Toko oleh-oleh penganan khas Malang dapat dengan mudah ditemui. Mulai dari perut ayam (nama sejenis kue, tapi bukan perut ayam dalam arti harfiah), cwimie, nasi pecel, nasi rawon, gepuk hingga lumpia basah/goreng tersedia. Keluarga kerap tergoda memborong sebagai oleh-oleh untuk kerabat. Di malam hari yang dingin butuh teman? Jangan khawatir, pedagang angsle (sejenis wedang ronde di Jawa Barat) keliling akan menyapa rumah demi rumah. Berjalan sedikit ke atas di waktu pagi, maka susu khas koperasi setempat dengan aneka rasa dapat dinikmati.

Jalanan kota relatif bersih. Mobil dapat dikatakan lebih sedikit dibanding Bandung, Jakarta atau Bogor. Sepeda dan motor mendominasi. Malang sedang berbenah; Rencana Pembangunan Jangka Panjang/RPJP (rencana pembangunan untuk jangka waktu 20 tahun) akan segera disusun. Namun, hingga kini Malang masih menggoda saya untuk menjadikannya tempat menetap.

Hmm.. Akankah cinta saya pada Bandung tergeser?

Wallahu'alambishawwab

Labels:

Monday, May 15, 2006

Re : Dicari : TELADAN!

Pukul 16.55 di sebuah halte di pusat kota Jakarta,

Tukang Ojeg A : Mau ke mana mas?

AD : Mau pulang bang. Biasa, nunggu 213..

Tukang Ojeg B : Pulang ke mane?

AD : Bintaro bang.

Tukang Ojeg B : Wah jauh bener, habis naek bus naek apa lagi?

AD : Naek kereta.

Tukang Ojeg B : Kereta?? Di mana?

AD : Biasa, Dukuh Atas..

Tukang Ojeg B : Wah, repot benerr. Udah sekalian aje sama saya. Ntar turun di Pasar Ciputat, rumah saya sekalian di sana..

AD : Wah engga bang, makasih (sambil bergumam dalam hati : "Naik ojeg mah, mahal bener")
Kok tumben mangkal di sini bang?

Tukang Ojeg A : Iye, habisnya ujan deres. Kali2 di sini ada penumpang. Biasa mah di sono.. Kalo saya rumah di deket Tanag Abang.

AD : Ujan deres nih.. Petir lagi. Tadi juga ada gempa tuh bang.

Tukang Ojeg A&B : Ah, yang bener?? Kok ga kerasa ya? Mungkin karena kite pade di bawah ya...

Tukang Ojeg A : Ngomong2 mas udah lame kerja di sono?

AD : Belum. Baru juga sebulan jalan..


15 menit lebih berlalu..


Tukang Ojeg B : Wah lama juga tuh bis..

AD : Iya nih..

Tukang Ojeg B : Mas, udah bareng saya aje.. Sekalian saya mau pulang ke Ciputat. Mau ke Dukuh kan? kelewat nih..

Tukang Ojeg A : Iya mas, kita juga udah pada mau balik

AD : Wah, makasih bang. Saya nunggu aja.

Tukang Ojeg A : Udah ikut aje, kaga usah bayar

AD : Wah yang bener bang? (Setengah engga percaya..Btw, nasihat orang tua dan teman2 untuk jangan menerima bantuan orang yang tidak dikenal telah membuat saya jatuh ke kondisi su'udzan; Astaghfirullah...)

Tukang Ojeg B : Iye, udah yuk. Sudirman kan?

AD : Ya udah deh bang.. (Dalam hati : "Ya udah deh.. Kayanya nih orang beneran. Lagian kan motor ini, kalo ada apa2 loncat aja..")
Helmnya kaga ada bang??

Tukang Ojeg B : Ade nih..


Jadilah saya menumpang ojeg B menuju stasiun Dukuh Atas. Tukang Ojeg A berpisah dengan temannya, Tukang Ojeg B. Di perjalanan :


AD : Bener ga ngerepotin nih bang?

Tukang Ojeg B : Kaga , nyantai aja.. Namanye hidup kudu tolong-menolong..

AD : (Dalam hati :"Subhanallah.. ) Asli jakarta bang?

Tukang Ojeg B : Iye, dari kecil di Ciputat

AD : Sama keluarga di sana?

Tukang Ojeg B : Iye, tapi saya belum nikah. Sudirman ya?

AD : Iya bang. Jumat biasa macet nih.. (Sambil bertekad dalam hati : "Ini uang untuk ongkos bus mending dikasih abang ini aja. Lumayan buat nambah2 bensin")

Tukang Ojeg B : Ya iyalah... Di sini?

AD : Iya bang...Makasih banyak bang! Ini ga seberapa, lumayan buat bensin..

Tukang Ojeg B : Wah udah kaga usah, simpen aja

AD : Wah jadi ga enak. Makasih banyak ya bang.. Ngomong2 belum kenalan, namanya siapa bang? Saya agung..

Tukang Ojeg B : Nama dedi..

AD : Makasih bang! Ati2 di jalan..

Tukang Ojeg B : Sip, met jumpa!


NB : Ternyata teladan itu ada dan dekat. Semoga keberkahan, kemudahan dan hidayah Allah SWT. senantiasa bersama Bang Dedi dan rekannya. Amiin.

Labels:

Monday, May 08, 2006

Dicari : Teladan!

Dalam sebuah ruang kelas pada medio tahun 1999, saya terhenyak mendengar salah seorang guru saya berkata :"Bangsa Indonesia adalah (maaf) monyet terbesar yang ada di dunia..." Ungkapan itu berkaitan dengan kebiasaan sebagian warga Indonesia untuk selalu meniru bulat-bulat kebudayaan maupun kebiasaan tanpa telaah kritis terhadap dampak positif maupun negatif kebiasaan/kebudayaan tersebut.
Saya setengah sepakat dan tidak sepakat dengan ungkapan tersebut. Sepakat bukan dalam ungkapan atau bahasa yang digunakan. Namun sepakat dengan realitas yang terjadi di lapangan. Memang banyak kebiasaan yang langsung kita tiru tanpa terlebih dulu meninjau baik-buruknya kebiasaan itu. Tidak sepakat karena kebiasaan meniru bukan hanya milik bangsa Indonesia. Kebiasaan meniru adalah tabiat manusia semenjak ia dilahirkan. Ocehan bayi, celoteh anak kecil dan sikap remaja adalah buah dari peniruan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Baiklah, saya sepakat dengan prosedur peniruan (asimilasi) yang terlebih dahulu menggunakan analisis dampak baik-buruk. Hanya saja, prasyarat untuk melakukan proses asimilasi tersebut cukup berat dalam pandangan saya. Tingkat kematangan dan pendidikan warga harus berada pada taraf yang cukup baik. Dan di negeri ini?? Hmm.. saya agak pesimis menimbang permintaan anggaran pendidikan 20% baruuu saja diluluskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dalam proses uji materiil.
Lantas? Sambil proses menuju tercapainya prasyarat, maka hal yang paling mungkin dilakukan adalah memperbanyak pribadi-pribadi yang mampu memberikan bentuk bagus/baik untuk ditiru masyarakat. Teladan-teladan perlu dimunculkan untuk mengakomodasi kebutuhan peniruan dari warga masyarakat. Kebutuhan akan adanya sosok yang dapat memberikan pedoman baik-buruk tanpa perlu diberi cap beragam prasangka. Dan sosok ini membutuhkan konsistensi yang sangat... Sosok ini membutuhkan jaringan yang luas untuk mengakomodir pendapatnya di berbagai elemen masyarakat. Dan tentu saja sosok ini harus mampu meminimalisir celah bagi prasangka-prasangka buruk yang amat mudah berkembang dalam masyarakat.
Hmm, sepertinya banyak sosok seperti itu.. Yang dibutuhkan adalah panggung media yang dapat menginformasikannya secara jujur dan berimbang. Agar kelak sosok tersebut menjadi pelita-pelita kecil yang dapat menuntun mayoritas warga menyongsong fajar harapan di negeri ini.

Wallahu'alambishawwab

Labels: