pasopati

Thursday, September 21, 2006

Jelang Ramadhan 1427 Hijriyah

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (Al Baqarah : 185)

Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda : Setiap amal manusia terdapat pahala yang terbatas kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku (Allah) yang membalasnya, dan puasa adalah perisai. Dan pada hari puasa janganlah kalian mengatakan atau melakukan perbuatan keji dan janganlah membuat gaduh, jika salah seorang kalian mencelanya atau membunuhnya maka hendaklah mengatakan : Sesungguhnya aku sedang berpuasa , demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya benar-benar bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi, bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang ia gembira dengan keduanya : jika berbuka ia gembira, dan jika bertemu Allah dengan puasanya ia gembira. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari Sahl dari Nabi bersabda :Sesungguhnya dalam syurga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hariu kiamat, dan selain mereka tidak akan masuk melaluinya.Dikatakan : Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka pun berdiri.Dan selain mereka tidak akan memasukinya .Maka jika orang-orang yang berpuasa sudah memasukinya ditutuplah pintu itu dan tidak seorangpun akan memasukinya, Dan barangsiapa yang telah masuk ia pasti minum dan barangsiapa yang minum ia tidak akan kehausan selamanya. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim)
-------------------------------------------------------

Kala jenak-jenak kerinduan mulai menggelora,
Berpacu dengan deru kesibukan fana,
Di mana kelalaian demi kelalaian seakan menjadi sebuah kebiasaan,
Masihkah terselip hisab diri di antaranya?

Mari berhenti sejenak saudaraku...
Di bulan penuh sajian yang tinggal di depan mata ini,
Hadapkan hati dan wajah kita kepada apa-apa yang disuka-Nya,
Karena puasa kita sungguh hanya untuk-Nya

Kalaulah memang iman manusia itu kadang naik dan kadang turun,
Maka kumohon untuk Ramadhan ini, naikkan terus iman kami ya Rabb..

Saya mohonkan maaf juga atas segala khilaf dan alpa,
Selama berinteraksi di dunia blog ini...
Karena sesungguhnya ampunan Allah bergantung pada pemberian maaf Anda semua..
Atas segala lisan yang tidak berkenan, mohon dimaafkan
Semoga kita disampaikan hingga akhir Ramadhan 1427 H, dan menjadi orang yang bertakwa selepasnya...
Amiin..

--Penghujung Sya’ban 1427 H

Labels:

Hemat Energi

--Bukan Iklan PLN--

Dalam fisika dikenal hukum kekekalan energi. Di mana dikatakan bahwa energi itu tidak dapat dimusnahkan, melainkan senatiasa berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Energi listrik yang dialirkan kepada sebuah bohlam akan diubah menjadi energi panas dan cahaya, energi kinetik sebuah kincir angin raksasa dapat digunakan untuk menggerakkan sebuah generator listrik dan demikian pun dengan energi yang kita peroleh dari makanan akan diubah menjadi energi untuk berfikir, bergerak, bekerja, dan lain sebagainya.

Terinspirasi dari hukum kekekalan energi di atas, maka saya mencoba membuat sebuah perhitungan yang ”aneh”. Mengapa ”aneh”? Karena tidak mengambil pola berpikir ilmiah manapun dan hanya merujuk pada standar-standar yang ada. Ditambah lagi perhitungan ini menggunakan banyak sekali asumsi dan kevalidannya patut diragukan.

Saya mencoba menerjemahkan fenomena sosial yang ada ke dalam perhitungan angka-angka untuk menunjukkan sebuah perbandingan. Bahwa banyak sekali energi di sekitar kita dilepaskan untuk beragam tujuan, dan salah satunya adalah untuk : melepaskan kepenatan, atau dalam ”bahasa gaul”-nya adalah having fun. Dalam kasus ini khusus saya ambil fenomena dunia malam, khususnya kegiatan ”nge-pub” (pergi ke pub2, bar2, dsb) atau ”nge-dugem” (pergi ke diskotik) di kota Jakarta. Saya mencoba membandingkan energi yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas ”nge-pub/nge-dugem” dengan kebutuhan energi benda-benda lain.

Perhitungan ini dilakukan dengan mengambil rujukan standar kebutuhan energi dari Pedoman Gizi Atlet Sepak Bola yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2002. Berdasar standar ini diketahui bahwa energi yang dibutuhkan seorang individu terbagi atas tiga bagian : energi rutin (untuk aktivitas vital : bernapas, denyut jantung, dll), energi untuk mengolah makanan dalam tubuh (10% dari energi rutin) dan energi aktivitas fisik. Total energi itu kemudian dihitung dan dibandingkan dengan kebutuhan energi listrik beberapa alat elektronik dan bahkan energi listrik yang dihasilkan sebuah PLTA (setelah satuannya dikonversi dengan kalkulator konversi).

Perhitungannya adalah demikian..

a. Pertama-tama menentukan besarnya energi rutin dan energi yang dibutuhkan seorag individu untuk mengelola makanan dalam tubuhnya. Berdasar standar kebutuhan gizi di atas, jumlah energi ini dapat ditentukan setelah kita mengetahui usia, berat badan, dan jenis kelamin individu tersebut. Diasumsikan individu yang melakukan aktivitas ”nge-pub/nge-dugem” memiliki profil sebagai berikut : rata-rata usianya 27 tahun, rata-rata berat badan 60 kg dan diasumsikan berjenis kelamin laki-laki. Dalam tabel kebutuhan energi rutin (merujuk pada standar kebutuhan energi tadi) diketahui bahwa untuk seorang laki-laki dengan usia antara 18-30 tahun dan berat 60 kg membutuhkan energi rutin sebesar 1.589 kalori/hari-nya.
Energi untuk mengolah makanan dihitung dengan mengalikan jumlah energi rutin di atas dengan 10% : 10% x 1.589 kalori/hari = 158,9 kalori/hari. Maka total energi yang dibutuhkan seoranglaki-laki berusia 27 tahun dengan berat 60 kg utnuk aktivitas vitalnya dan pengolahan makanan dalam tubuhnya adalah sebesar = 1.589 kal/hari + 158,9 kal/hari = 1.747,9 kal/hari. Ini kita sebut total energi A.

b. Berikutnya kita akan mencari energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Aktivitas yang dipilih adalah ”nge-pub/nge-dugem”. Energi untuk beraktivitas ini ditentukan berdasar berat-ringannya aktivitas yang dilakukan. Kegiatan ”nge-pub/nge-dugem” saya kategorikan ke dalam aktivitas ”kerja berat”. Mengapa? Sebab menurut penuturan teman saya, setelah yang bersangkutan menghabiskan malamnya di sebuah diskotok, keesokan harinya ia akan mengalami kelelahan yang amat sangat dan tidak ingin pergi ke mana pun seharian.
Perhitungan energi untuk melakukan aktivitas ini menggunakan faktor pengali. Faktor pengali untuk ”kerja berat” adalah sebesar 2,1. Angka ini kemudian dikalikan dengan total energi A : 2,1 x 1.747,9 kal/hari = 3.670,59 kal/hari. Jadi energi yang dibutuhkan seorang pria berusia 27 tahun dengan berat 60 kg manakala dia malkukan kegiatan ”nge-pub/nge-dugem” adalah sebesar 3.670,59 kal/hari. Ini kita sebuat total energi B.

c. Sampai sini kita harus melakukan penyesuaian terhadap total energi B. Hal ini disebabkan karena individu tersebut tidaklah melakukan kegiatan ”nge-pub/nge-dugem” sepanjang hari. Kita ambil waktu biasanya aktivitas itu dilakukan antara pukul 20:00 hingga pukul 04:00, atau sekitar 8 jam sehari. Maka total energi B dikalikan 1/3 hari : 1/3 x 3.670,59 kal/hari = 1.223,53 kal/hari. Asumsikan dalam satu malam Minggu di Jakarta ada sekitar 100.000 orang dengan profil sama melakukan aktivitas ”nge-pub/nge-dugem”,maka total energi yang dikeluarkan adalah sebesar 122.353.000 kalori/hari atau setara dengan 142,32 killo-watt hour (kwh)/hari (dikonversikan dengan kalkulator konversi satuan energi). Ini kita sebut total energi C.

d. Angka yang dihasilkan pada tahap c tidak berarti apa-apa sampai di situ. Namun, akan ditemukan hal menarik bila dibandingkan dengan kebutuhan energi benda-benda lain, saya ambil contoh peralatan elektronik rumah tangga. Standar kebutuhan energi listrik peralatan elektronik rumah tangga adalah sebagai berikut :
- Setrika (350 watt/jam)
- Pompa air (150 watt/jam)
- Kulkas (100 watt/jam)
- Televisi 20 inch. (110 watt/jam)
- Rice Cooker (300 watt/jam)
- Lampu Hemat Energi (20 watt/jam)
Total energi C akan mampu menggerakkan :
- 407 setrika secara bersamaan dalam waktu sejam atau 17 setrika seharian penuh;
- 949 pompa air secara bersamaan dalam waktu sejam atau 40 pompa air seharian penuh;
- 1.423 kulkas secara bersamaan dalam waktu sejam atau 59 kulkas seharian penuh;
- 1.294 TV 20 inch. secara bersamaan dalam waktu sejam atau 54 TV 20 inch. seharian penuh;
- 474 rice cooker secara bersamaan dalam waktu sejam atau 20 rice cooker seharian penuh;
- 7.116 lampu hemat energi secara bersamaan dalam waktu sejam atau 297 lampu hemat energi seharian penuh.
Angka-angka yang luar biasa dalam pandangan saya. Bagaimana seharusnya energi dapat lebih dimanfaatkan secara optimal dengan cara penggunaan yang berbeda.

e. Berikutnya coba kita bandingkan total energi C dengan jumlah listrik yang dihasilkan sebuah PLTA. Berdasarkan data dari sebuah artikel diketahui bahwa PLTA Musi (Bengkulu) menghasilkan listrik sebesar 1.140 giga-watt haour (gwh)/tahun; atau sekitar 3.123.288 kilo-watt hour (kwh)/hari. Angka ini memang terlalu besar bila dibandingkan total energi C. Dibutuhkan sekitar lebih dari 2 milyar orang dengan profil yang sama dan melakukan aktivitas ”nge-pub/nge-dugem” untuk menghasilkan energi listrik sebesar yang dihasilkan PLTA Musi.

Lantas apa tujuan tulisan ini? Seperti saya ungkapkan pada paragraf-paragraf awal, bahwa ini semata-mata hanya perhitungan kasar untuk membandingkan penggunaan energi. Tanpa bermaksud menghakimi bahwa kegiatan ”nge-pub dan ngedugem” salah besar, tapi selayaknya kita lebih arif dalam mempergunakan energi yang kita miliki. Kenapa pula contoh aktivitasnya ”nge-pub/nge-dugem”? Itu hanya masalah preferensi saya sebagai orang yang melakukan perhitungan, dilatarbelakangi oleh pemahaman saya akan tujuan setiap kegiatan yang kita lakukan.

Akhir kata, saya hendak mengutip nasihat Syaikh Hasan al-Banna, bahwa musuh utama pemuda adalah kemalasan. Semua aktivitas yang tidak memiliki tujuan jelas hanya akan membuang energi sia-sia.

Wallahu’alam

Labels:

Wednesday, September 06, 2006

Pilkada(l) dan Polusi Billboard

Awalnya biasa saja... Saya pikir memang sudah sewajarnya sebagai Wakil Gubernur, foto beliau terpampang dalam beberapa pengumuman di Billboard jalanan ibukota. Mulai dari gerakan anti narkoba, ucapan 17 Agustus-an hingga jenis-jenis pesan lain. Sama seperti saya melihat Billboard bergambar Bpk. Sutiyoso tentang wajib pajak.

Lantas muncul kabar bahwa yang bersangkutan punya kans untuk mencalonkan (atau dicalonkan) menjadi gubernur selanjutnya. Sampai sini masih biasa saja... Hingga pagi ini terbetik pertanyaan usil dari benak saya : "Kalau memang beliau mau menjadi gubernur selanjutnya, tentu butuh kampanye bukan? Dan bukankah Billboard adalah media kampanye juga? Dan kenapa saya baru kepikiran sekarang untuk menanyakan sebuah hal penting : duit buat bikin Billboard dari mana????"

Kecil kemungkinan Billboard2 yang terpasang dananya berasal dari kocek pribadi. Bukan bermaksud su'udzan, tapi menurut saya ini serius. Bila pada akhirnya yang bersangkutan maju menjadi calon gubernur, maka KPUD selayaknya merunut momen-momen pemasangan Billboard. Ini setidaknya bisa diklasifikasikan ke dalam dua jenis pelanggaran : curi-curi start dan penyalahgunaan fasilitas negara. Sekali lagi, kalau terbukti kecurigaan saya ini benarrr... Belum tentu juga kan tapinya? Hanya prasangka yang saya ingin ungkapkan di sini.

Yah sekian tentang prasangka... Semoga ada manfaatnya saya tuliskan di sini (maklum belum mampu bikin uraian yang bisa menembus surat kabar).

Berbicara Billboard, saya jadi teringat kota Bandung, 4 tahun (lebih sih...) berkuliah menimba ilmu di sana, saya melihat kesamaan corak dengan Jakarta. Apa gerangan? Adanya perampasan hak pengguna jalan untuk melihat indahnya horison di sore hari. Lho kok bisa? Ya itu, Billboard segede gaban dipasang di sepanjang Jalan Dago, tentang rokok pula! Dan saya yakin, ukuran huruf PERINGATAN PEMERINTAH TENTANG BAHAYA MEROKOK pasti lebih dari 250 pt skala Microsoft Word. Belum puas juga, silahkan tengok jembatan penyeberangan.. Habis sudah oleh beragam iklan-iklan yang sejatinya bisa diringkas dalam sebuah ungkapan pendek : "JADILAH KONSUMTIF!! DEMI KAMI!" Di Jakarta, Kuningan, Sudirman, dan jalan-jalan besar lainnya senantiasa menghalangi panorama matahari terbenam dengan Billboard2-nya yang menjulang. Ini bisa dikategorikan ke dalam polusi juga; setidaknya polusi pemandangan.

Dalam perspektif Pemda, adalah kewajaran menjamurnya Billboard. Hal ini bisa meningkatkan PAD berkali-kali lipat. Asumsi saya seperti itu, sebab biaya izin pemasangan publikasi spanduk dan baligho saja sudah cukup mahal (untuk ukuran mahasiswa), nah apalagi Billboard2 raksasa seperti itu. Dan biasanya setiap lokasi Billboard punya pelanggannya masing-masing; semisal kartu kredit Anz di bunderan sudirman, Marlboro di beberapa jembatan penyeberangan, dan lain sebagainya. Tapi coba kita beralih ke perspektif lain, yaitu masalah tata kota. Menurut Marco Kusumawijaya, kota adalah bentuk ultimat dari permukiman. Oleh sebab itu, semua prasyarat permukiman harus tersedia secara baik di kota. Perkembangan perencanaan kota juga mempunya titik sejarah di mana kota dianggap sebagai sebuah taman besar yang asri (Garden City, Ebenezer Howard) bagi penduduknya. Walau pun pandangan ini terbukti naif sejalan dengan perkembangan zaman, namun setidaknya ada hal penting yang bisa diambil : bahwa kota bukan melulu tentang pusat perdagangan dan jasa. Kota juga seharusnya memiliki fungsi permukiman dan fungsi relaksasi, baik alami maupun buatan. Buatan bisa kita temui dengan menjamurnya mall-mall dan pusat rekreasi lainnya. Tapi alami? Bukankah puluhan bahkan ratusan pohon sudah ditebang demi busway dan monorail? Coba hitung berapa persen taman kota di Jakarta? Sudahkah memenuhi standar 20% ruang terbuka hijau untuk wilayah perkotaan? Dan kini, hak untuk melihat langit biru atau terbenamnya matahari di sore hari pun sudah menjadi amat langka di kawasan pusat kota.

Sudah selayaknya fungsi-fungsi kota dikembangkan secara proporsional. Kalau tidak juga, saya jadi kepikiran bisnis baru : paket rekreasi ke wilayah sejuk dan alami bagi warga kota yang penat dengan kehidupan kotanya. Ini berarti fungsi relaksasi kota hilang, dan harus dipenuhi di luar kota. Ada yang berminat dengan bisnis ini? =D

Wallahu'alam

Labels: