pasopati

Friday, March 16, 2007

Potret Transportasi Publik di Ibukota [1]


Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) menyatakan akan melakukan aksi mogok nasional bila pemerintah tidak juga bisa memberantas aksi pungutan liar (pungli) dan suap yang selama ini sudah menjadi beban para anggotanya [sumber : website Menko Kesra]

Sebenarnya berita ini saya dengar di penghujung Maghrib di radio Elshinta, hanya karena tidak menemukan versi online-nya, maka saya cuplik dari website Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat. Aneh beritanya bukan? Tidak juga, malahan saya berpendapat ini adalah cara terbaik untuk menyelesaikan segudang masalah transportasi publik di ibukota, khususnya di darat. Frustrasi? Mungkin iya, tapi siapa yang tidak frustrasi menggunakan transportasi publik di Jakarta? Sebagai pengguna setia, jujur saya sudah di ambang batas kritis, dan menuju ke arah kondisi cuek.

Baik, mari kita urut permasalahan yang ada. Pertama di sektor angkutan bus umum. Setiap hari pulang-pergi kantor ada hal unik yang saya amati. Di setiap putaran atau di setiap perhentian banyak terdapat oknum-oknum, yang terkadang menggunakan baju dinas salah satu instansi pemerintah pusat, meminta uang kepada kenek bus. Dapat dipastikan bahwa itu adalah pungutan tidak resmi. Kenapa? Terkadang saya amati adanya paksaan dan bentakan kepada kenek bus dari oknum tersebut. Belum lagi adanya beking dari aparat-aparat berwenang. Di beberapa tempat, modus permintaan uang tidak resmi itu masih bisa ditolerir. Caranya, si oknum bersangkutan menjual jasa kepada supir bus. Jasa mencatat jarak waktu antar bus dengan trayek sama, atau kita sebut sebagai timer. Timer ini bermanfaat untuk menjaga kerenggangan jarak antar bus dengan trayek sama atau beririsan, supaya masing-masing mendapat jatah penumpang yang optimal; dan supaya tidak ada kejadian dua bus dengan nomor trayek sama persis berjalan berbaris, dijamin bus yang paling belakang akan rugi karena penumpang diambil semua oleh bus yang depan.

Masalah yang lainnya adalah mekanisme ”setoran” yang ditetapkan kepada setiap bus. Mekanisme ini menetapkan batas minimal uang yang harus disetorkan setiap hari oleh supir bus bersangkutan. Jumlah setoran sangat tinggi; berdasarkan hasil wawancara singkat dengan penumpang bus yang cukup paham, diketahui setoran sehari bisa mencapai angka sejuta rupiah. Walhasil supir bus akan pontang-panting mengejar setoran, tanpa mengindahkan rambu-rambu yang berlaku. Dan seringkali walaupun dengan membayar tarif normal 2.000 rupiah, Anda tetap tidak bisa mendapatkan ”kenyamanan” di dalam sebuah bus kota, terutama jam-jam sibuk kantor. Bukan hanya itu saja, buat Anda yang belum terbiasa naik bus kota, siap-siaplah untuk terkilir setelah meloncat turun dari bus. Ada tekniknya supaya tidak terkilir; karena bus masih melaju setengah kencang waktu menurunkan penumpang. Ini semua akibat setoran yang teramat tinggi, belum lagi biaya-biaya pungli dan biaya ”siluman” lainnya seperti saya jelaskan di paragraf sebelumnya. Menurut Ketua DPP Organda, Murphy Hutagalung, pungli dan suap saja sudah mencapai 30% dari total pengeluaran mereka, atau sekitar Rp 18 triliun, dan itu belum termasuk biaya ”siluman” akibat preman di lapangan.

Masalah di sektor bus umum sebenarnya cukup banyak di samping masalah setoran. Ada masalah bus yang sudah tidak layak pakai; dengan asapnya yang mengepul tebal berwarna hitam. Ada pula masalah keselamatan, dimana sang kenek dengan leluasa bergelantungan dengan separuh badan keluar kendaraan. Demikian pula dengan masalah pemahaman supir bus terhadap rambu-rambu lalu-lintas. Namun, permasalahan mendasar ada pada setoran, karena ini yang menyangkut kesejahteraan supir dan keneknya. Dengan perhatian lebih terhadap kesejahteraan sopir dan kenek, niscaya pelayanan angkutan umum bus akan dapat ditingkatkan.

Mengambil konsep bus ”TransJakarta”, maka sebaiknya konsep ”setoran” ditiadakan dan diganti dengan gaji tetap. Dengan tiadanya batas minimal setoran, maka keinginan sopir bus untuk mengambil penumpang sebanyak-banyaknya akan hilang. Sopir akan berkonsentrasi terhadap keselamatan penumpang dan memperhatikan rambu-rambu lalu-lintas; atau setidaknya hanya berhenti pada halte yang tersedia. Tentu saja dalam menerapkan sistem penggajian perlu dipertimbangkan kelayakan ekonomi operator-operator bus. Di sini subsidi pemerintah dibutuhkan dalam beberapa hal. Di samping itu, operator bus harus berlomba-lomba meningkatkan efisiensinya agar dapat menerapkan sistem penggajian yang layak. Masalah berikutnya dari sistem penggajian ini adalah perilaku sang supir. Dengan gaji cenderung tetap, dan mungkin di beberapa operator tanpa bonus, maka orang akan cenderung berkurang produktivitasnya. Berbeda dengan konsep ”setoran”, dimana uang yang lebih dari standar minimum setoran akan masuk kantong supir dan kenek. Sistem penggajian harus dibuat dengan cukup menarik dan tentu saja ada insentif untuk supir-supir dengan kinerja baik. Tidak mudah memang, dan alternatif hitung-hitungan ekonominya mungkin akan lebih banyak menempatkan operator dalam posisi merugi. Oleh sebab itu, peran subsidi pemerintah pada tahun-tahun awal penerapan sistem penggajian amat penting.

Masalah setoran ini hanyalah satu dari sekian banyak masalah di sektor angkutan bus umum. Namun, hanya dengan diawali dari sini perbaikan menyeluruh sistem angkutan bus umum bisa dilakukan.

Wallahu'alambishshawab

Labels:

Tuesday, March 06, 2007

Blogging Itu...

10 bulan sudah semenjak pertama saya menulis di blog. Berawal dari memperhatikan blog-blog milik teman sambil terkagum-kagum. Tak jarang melintas juga pertanyaan di dalam hati : "Dia kan orangnya pendiem... Kok bisa nulis beginian ya? Dahsyat juga!" Lewat blog saya amati banyak jalinan relasi terbentuk; melalui kolom-kolom comments, shoutbox, dll. Lewat blog juga beberapa gerakan sosial bisa menemukan publikasinya secara gratis, dan berhasil!

Sehingga pada waktunya saya memutuskan menulis blog. Awalnya hanyalah sebagai media untuk menuliskan lintasan-lintasan pikiran, merekam kutipan-kutipan bijak orang lain yang saya rasa layak menjadi bagian dari memori abadi saya dan menuliskan kontra opini atas beberapa tulisan yang saya baca di koran [maklum, level saya belum masuk koran.. he he]. Saya harap blog saya bisa menjadi pengingat di kala jenuh. Pengingat untuk saya pribadi, dan tidak untuk dipublikasikan. Lantas kenapa pasopati? Pasopati adalah anak panah kesayangan Arjuna [tokoh sentral keluarga Pandawa dalam kisah Mahabharata] yang hampir selalu bisa menunaikan tugasnya untuk mengalahkan musuh. Cepat, mematikan dan selalu meninggalkan bekas. Demikian kira-kira harapan saya untuk blog ini; mengingatkan dengan cepat, menghunjam dan membuat saya tidak lupa akan prinsip hidup yang saya pegang.

Kemudian, satu pembicaraan dengan kolega kantor agak merubah pemahaman saya akan blog. Komentar dia yang saya ingat kira-kira : "Aneh juga loe.. Kalau blog cuma buat pribadi mah ga bermanfaat. Ga masuk arena diskusi dan tidak berbuah langkah nyata, atau minimal kesimpulan!" Beberapa saat kemudian, opini dari sebuah milis yang saya ikuti mengatakan banyaknya penulis yang gemar hanya memajang tulisannya saja, dan bukan menulis untuk merubah sesuatu.

Satu hal yang kemudian saya pahami adalah, adanya ruang diskusi dalam blog menyebabkan ide beranak-pinak dan produktif. Dan seharusnya yang didiskusikan adalah bukan mengenai hal pribadi; makanya agak jarang ditemui tulisan tentang pribadi saya di blog ini. Berkenalan lewat pemikiran adalah cara yang relatif unik dan menarik menurut saya. Blog ini juga saya jadikan laboratorium untuk mencoba membuat beragam tipe tulisan; dari yang engga mutu sampai kurang mutu =p Jelas akan ditemui banyak sekali kesalahan dalam tulisan2 saya. Namun tidak mengapa, karena dalam "salah" kita belajar.

Membuat blog adalah membangun "rumah kaca" [seperti ungkapan adik kelas saya] tentang diri kita. Membiarkan orang lain melihat sedikit-banyak "tentang kita", untuk kemudian bertemu dalam arena diskusi. Dan tentu saja harus berujung pada langkah nyata [semisal perbaikan diri] atau minimal kesimpulan.

Ah, itu kan pendapat saya saja.. Yang ditulis di blog saya juga... Tentunya kita punya pendapat masing-masing tentang arti sebuah blog. Dan itu terserah kita, karena ini adalah halaman milik kita =D

Selamat menulis!


NB : Sebuah tulisan yang sebenarnya ingin saya jadikan tulisan pertama saya di blog ini... Tapi aneh juga, baru bikin blog kok udah buat penilaian tentang blog?

Labels: