pasopati

Monday, July 31, 2006

Al-Aqsho; di sini dan di sana...

Al-Aqsho ku di sini...
Sebaris shaff pun tak sampai
Ba'da adzan dzuhur berkumandang
Lima orang berma'mum di belakang imam
Beberapa datang terlambat lantas masbuk

Al-Aqsho ku di sana...
Dikelilingi blokade artileri berat
Berkali-kali berusaha dihancurkan oleh Zionis
Baru saja kemarin,
Terjadi pelarangan Shalat Jumat

Al-Aqsho ku...
Kiblat pertama ummat Islam
Tempat persinggahan Isra' Mi'raj Nabi
Apa yang dapat kami lakukan untuk membebaskanmu?
Di tengah hari-hari ini...
Hari-hari yang menjadi saksi matinya sebuah organisasi bernama PBB
Hari-hari yang menjadi saksi betapa "kepentingan ekonomi" menjadi sesembahan baru
Hari-hari yang menjadi saksi betapa munafiknya mayoritas pemerintahan negara di dunia
Hari-hari di mana gaung "terorisme" berkibar-kibar...
Dan kita semua menyaksikan teroris berteriak teroris
Lebih parah lagi...
Koor "setuju" bersahut-sahutan...
Sudahlah, lupakan saja wacana kita tentang HAM
Karena bahasa itu sudah usang!
Bahasa demokrasi, kesetaraan dan dialog;
Lenyap ditelan kemunafikan dan ambisi penjajahan

Untuk negara-negara yang mendua..
Untuk para pemimpin yang tidak tegas...
Ketahuilah, bahwa Amerika jauh lebih baik,
Mereka tegas mendukung pembantaian
Ketahuilah bahwa Hizbullah jauuh lebih baik,
Dengan gagah berani menentang Jaluth masa kini
Ketegasan sikap dan kongkritnya tindakan adalah yang dibutuhkan saat ini
Atau...
Mari kita bubarkan saja PBB dan biarkan hukum rimba berlaku!


Al-Aqsho, Sarijadi, Bandung, Ahad 30 Juli siang...

Labels:

Tuesday, July 18, 2006

Relung-relung Itu Butuh Lentera

Di perempatan lampu merah, penghujung sore
" Koran sore.... koran sore... dua ribu rupiah saja"
Peluh berkesimbah, dibungkus seragam
Raut wajah seakan berkata : " Mbak, mas, mohon dibeli.
Kalau pun tidak sesungging senyum pun cukup untuk kami"


Di pojok bus kota, dua jam menjelang waktu dhuha
"Berjalan di lorong pertokoan, di Surabaya yang panjang.....
Salam dari kami anak2 jalanan..."
Secercah harapan muncul bersama terbitnya fajar baru
"Ibu, Bapak, seikhlasnya saja... Kalau pun tidak ada, janganlah membuang muka"
Percaya? Sungguh, tidak tega rasanya menghakimi niat


Di gerbong ekonomi jurusan kota, jam-jam sibuk
Sepasang bapak-ibu tunanetra, melantunkan beragam lagu
"Tuan, Nyonya, sekiranya ada rizki berlebih pagi ini.
Kalau pun tidak, mohon jangan bersungut dalam hati."


Di reruntuhan rumah selepas ujian itu,
Ujian yang datang sebagai bukti cinta-Nya,
Berpuluh-puluh jiwa kehilangan keluarga, rumah, dan ketenangan batin
Sungguh, ladang amal terhampar luas...
Relung-relung hati mereka butuh lentera


Di Nablus, Gaza, Beirut...
Puluhan jiwa melayang karena sandera
Layakkah penyanderaan dibalas pembantaian?
Persis seperti lantunan lagu Siti Nurhaliza,
Sekali lagi Dunia Diam Seribu Bahasa...
Sungguh, hati-hati kita selayaknya menyatu
Masihkah mereka terbayang dalam kondisi bangun tidur kita?


Salam hormat untuk adik-adik yang telah mengambil beban kerja orang tuanya,
Sungguh, relung-relung hati kami jauh lebih tercerahkan dengan melihat kalian..

Salam kagum untuk seutas asa yang tidak terburai ketika cobaan-Nya datang menyergap,
Dalam bentuk bencana-bencana di negeri ini,
Sungguh, kalian adalah guru kami ketika kami berada dalam ujian-Nya

Salam takzim untuk mereka yang masih bisa bersuara lantang,
Kala tank-tank dan pesawat-pesawat tempur berkeliaran di sekelilingnya,
Meneriakkan asma Allah demi tegaknya keadilan,
Sungguh, api lentera semangat kalian begitu membakar semangat kami di sini

Sungguh relung-relung hati kami dan kalian selayaknya menyatu...
Dan kita bisa berbagi cahaya lentera di bawah naungan hidayah-Nya


......semoga bukan retorika belaka

Labels:

Saturday, July 01, 2006

Palestina dan Putaran Sejarah

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, 'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).' Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung danpenolong bagimu." (Al-Baqarah : 120)

Hussain bin Muhammad bin Ali Jabir dalam bukunya tentang telaah sistem jamaah dalam gerakan Islam mengatakan bahwa Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Baihaqi memberi isyarat tentang periodisasi perjalanan sejarah umatnya. Pertama periode Nubuwwah, yaitu masa di mana Muslimin hidup bersama Rasulullah saw. Kedua, periode Khilafah di atas minhaj Nubuwwah, yaitu masa Khulafaur Rasyidin yang berlangsung kira-kira 30 tahun. Ketiga, periode Mulkan 'Adhon yaitu masa di mana para raja atau penguasa suka menindas, meski secara formal berlandaskan Islam. Periode ketiga ini, menurut sebagian ahli sejarah Islam, dimulai sejak berakhirnya Khulafaur Rasyidin sampai berakhirnya Kesultanan Utsmaniyyah. Dalam masa ini hidup para raja dari berbagai dinasti terutama dinasti Umayyah dan Abbasiyyah. Keempat, periode Mulkan Jabbariyyah, yaitu masa di mana Muslimin hidup dalam suasana sistem penguasa ata raja-raja yang sekuler. Masa sekarang dikategorikan sebagai periode Mulkan Jabbariyyah. Setelah berakhirnya periode keempat ini, sejarah akan berulang kembali ke masa awal Islam, tetapi bukan kenabian, karena kenabian telah berakhir, namun kembali ke periode Khilafah 'ala Manhaj Nubuwwah.

Bila berkaca pada kondisi sekarang, umat Islam sungguh telah terkotak-kotak ke dalam batas-batas geografis bernama negara. Banyak negara berlandaskan Islam, namun kenyataannya hingga sekarang tidak ada satu pun negara yang mampu menyamai model masyarakat muslim ideal, seperti zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Walhasil kondisi umat sekarang ini menyerupai apa yang dikatakan Rasulullah saw. sebagai buih; banyak namun sangat rentan terhadap serangan dan infiltrasi pihak luar.

Contoh nyata adalah Palestina. Seorang ulama besar berkata, siapa pun yang membaca perkembangan politik global akan mampu melihat bagaimana adanya sebuah ketidakadilan. Premanisme global yang telah mengisolasi negeri Palestina dari uluran tangan-tangan yang ingin membantunya. Standar ganda akan kata "terorisme" yang dirumuskan dan diterapkan secara paksa oleh AS telah mengaburkan mata dunia akan konflik Palestina-Israel. Serangan militer Israel kepada Palestina dianggap sebagai usaha mempertahankan wilayah. Di sisi lain, serangan balasan militan Palestina dan lemparan batu anak-anak kecil Palestina dianggap sebagai terorisme yang harus dibasmi dengan beragam artileri berat.

Perkembangan terakhir malah jauh dari rasionalitas. Pemilihan umum secara demokratis (demokrasi adalah paham yang sering diagung-agungkan AS dan kroni-kroninya) Palestina yang memunculkan Hamas sebagai pemenang pemilu justru disambut dengan boikot ekonomi berkepanjangan. Sampai di sini orang waras juga akan bertanya : "Maksudnya apa ?? Demokrasi yang digadang-gadang oleh mereka, ternyata begitu ada negara yang mencoba demokratis malah diboikot!"
Masih belum cukup juga?? Sebuah irasionalitas kembali terjadi. Penculikan hanya satu orang tentara muda Israel oleh militan Palestina dibalas dengan serangan masif dan penculikan puluhan anggota kabinet dan parlemen Palestina dari Hamas. Berbicara kuantitas, kalau mau diperbandingkan hingga detik ini sudah lebih dari 3000 jiwa rakyat Palestina melayang plus ribuan lainnya ditahan. Sementara dari Israel tercatat sekitar seribu jiwa melayang. Ulah Israel ini semakin diperparah dengan pembunuhan terncana dan beruntun terhadap pimpinan Hamas mulai dari Syaikh Ahmad Yassin hingga Syaikh Abdul Azzis Ar-Rantissi.
Motif penculikan tak lain hanyalah menginginkan adanya pertukaran dengan puluhan wanita dan anak-anak di bawah umur yang menjadi sandera Israel. Bahkan hingga kini prajurit muda Israel tersebut diperlakukan dengan baik. Namun Ehud Olmert dan gerombolannya tampaknya tidak mau kehilangan momen ini. Momen di mana ratusan juta pasang mata mengarah ke Piala Dunia 2006 ; sebuah momen yang tepat untuk memulai sebuah pembantaian.

Sabda Rasulullah saw. menjadi kenyataan. Negeri-negeri muslim tak berkutik. Indonesia hanya mampu mengeluarkan kecaman. Negeri-negeri Arab sekitarnya malah belum kelihatan aksinya hingga sekarang. Hanya Mesir yang mencoba menjadi penengah negosiasi Israel-Palestina, dan itu pun tidak digubris Ehud Olmert. Periode ini adalah periode di mana umat muslim dipimpin oleh pemimpin-pemimpin sekuler yang tidak berani berbuat banyak terhadap penindasan musuh-musuhnya. Karena apa?? Mungkin salah satunya karena hutang yang berlipat ganda terhadap AS dan kroni-kroninya.

Ustadz Hussain lebih lanjut mengatakan dalam bukunya, bahwa kebangkitan umat Islam itu semakin dekat. Dan ini diamini oleh sebagian besar ulama. Peradaban Barat telah mulai keropos pondasinya. Hanya kemilau materi yang mampu membuat banyak orang masih bergantung kepadanya. Sementara itu, kebangkitan Islam mulai didengungkan di mana-mana. Konflik yang terjadi di banyak belahan bumi adalah antara Barat dan Islam. Tekanan bertubi-tubi terhadap umat Islam sudah sewajarnya mampu membangunkan umat ini dari tidur panjangnya, untuk kelak memimpin peradaban. Sementara itu usaha tak kenal menyerah harus dilakukan tiap individu untuk memepersiapkan diri menjadi barisan terdepan dalam generasi yang akan memulai kebangkitan umat ini. Untuk memepersiapkan kematangan peradaban Islam agar segera dapat menggusur peradaban Barat. Sementara itu, untuk saudara-saudara kita yang tertindas, Sayyaf pernah berkata dari bumi jihad Afghanistan (dikutip Anis Matta dalam Arsitek Peradaban), "Jika kalian tak mampu membantu kami, minimal janganlah bakhil (kikir) dengan doa kalian untuk kami." Ya, berdoalah dan terus berdoa sambil berikhtiar. Karena doa akan membuka pintu langit dan doa orang2 tertindas InsyaAllah dikabulkan oleh Allah. Bagi kita yang punya materi lebih silahkan membantu di sini. Karena putaran sejarah itu akan terjadi InsyaAllah, segera...


Saat langit berwarna merah saga, dan kerikil perkasa berlarian,
Meluncur laksana puluhan peluru, terbang bersama teriakan takbir ...
-----------------------------------------------------------
Semua menjadi saksi atas langkah keberanianmu,
Kita juga menjadi saksi atas keteguhanmu...

Ketika Yahudi-Yahudi membantaimu, merah berkesimbah di tanah airmu,
Mewangi harum genangan darahmu, membebaskan bumi jihad Palestina,
Perjuangan telah kaubayar dengan jiwa,
Syahid dalam cinta-Nya...

(Merah Saga, Shoutul Harokah)

Wallahu'alambishawwab

Labels: