pasopati

Friday, February 01, 2008

To Our Beloved Brothers and Sisters




Nice one! About Palestine... What make it quite unique are : not a nasheed, performed by a boyband called Outlandish, and blunt enough for.... you know who =p


shine a light for every soul that ain't with us no more

It's written in my fate
May the future bring a brighter day
The end of our wait

Labels:

Sunday, January 13, 2008

Yang Datang dan Yang Pergi

tuut..tuut...
Inbox...inbox...
"alhamdulillah, telah lahir putri kami pada pukul 01.00 CET* dengan selamat"

De, alhamdulillah... keluarlah engkau yang menjadi dambaan hati ayah-ibumu
Aduh, andai saya bisa melihat tangisan pertamamu...
Apalah daya, hampir dua minggu setelah kelahiranmu saya baru bisa berkunjung
Ruh baru telah lahir...
Tiada yang istimewa bagi saya,
selain.. kepolosan dan semangat hidupnya yang terpancar dari lembut sinar matanya
ah... bahkan makhluk lemah itu pun dapat menginspirasi...

----

31 new messages...
inbox..inbox.. e-mail
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un... telah berpulang ibunda sahabat kita"

Innalillahi... masya Allah
pastilah Allah amat mencintai teman seperjuangan saya itu
setelah ayahnya beberapa bulan lalu, kini ibunya...
ah, kenapa harus kasihan?
teringat kembali saya akan cerita-ceritanya yang begitu optimis dalam menatap hidup
kawan... saya pun belajar dari engkau
maaf.. saya cuma bisa mengirim doa, semoga diberi ketabahan...

dan yang berpulang pun dapat menginspirasi kita...

----

fase-fase itu, siapa pun tahu dengan pasti
lahir, muda, tua, mati
pengetahuan akannya tidak membuat kita menjadi istimewa
menemukan cara memahaminya, yang membuat hidup seseorang menjadi bermakna

di sela2 kedatangan si kecil, maupun kepergian mereka yang sudah berumur...
tidakkah kita menangkap semangat hidup yang luar biasa?
dari tangisan pertamanya...
dari senyumannya setelah sakratul maut menjemputnya..
semua adalah tentang hidup.. kini dan nanti

lantas... apa lagi yang kita ragukan?
"Maka nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?"


- dalam kenangan : eyang Moes tercinta.. (yang untuknya juga TA-ku kutulis).. Ya Robb, mudahkanlah perjalanannya di alam barzah, ampunilah dosa-dosa beliau dan terimalah semua amalan beliau... amiiin -


* CET = central european time

Labels:

Tuesday, June 05, 2007

Keluh, Enyahlah !

Berpendapat tanpa berharap,
Berbicara tanpa bermaksud,
Memahami sambil mengoreksi,
Berjalan sambil menyapa

Berdebat tanpa hati,
Mencaci sambil mengingat,
Menerima, dengan penuh kemawasan,
Memuji sambil memarahi

Berlari sambil memperhatikan,
Mendorong dengan penuh kesabaran,
Bercerita tanpa maksud mengungkap,
Belajar sambil mengusir rasa puas

Memohon tanpa menggurui,
Membimbing tanpa mendominasi,
Bergerak tanpa ketergesaan,
Bergembira dengan setulus hati, demikian pula tangisnya

Kalau sudah demikian,
Bisa lah kita mulai sebuah episode cinta
Ummatan wasathon...

Labels:

Friday, January 26, 2007

Tanpa Judul

Di akhir malam,
Bercerita langit tentang apa saja yang yang ada di baliknya,
Berkisah bumi tentang tingkah-laku penghuninya,
Hari itu... Untuk apa saja dihabiskan..

Sering kita lihat pohon dengan akarnya yang menghunjam tanah,
Berdiri tegak menjulang,
Namun ada juga dahannya yang patah,
Pun daunnya lepas dan berguguran,
Salah siapa?

Pertanyaannya bukanlah salah siapa,
Tapi apakah salah ketika ranting itu patah?
Dan apakah salah juga ketika dedaunan berguguran?
Bukankah kelak mereka menjadi pupuk bagi tegaknya sang pohon?

Janganlah melihat sebuah dadu dari satu sisinya saja,
Niscaya "seperenam" saja yang kita dapat,
Butuh kearifan untuk memperoleh "setengah", apalagi "satu"

Ketika kata begitu mudahnya diucapkan,
Namun begitu sulitnya diwujudkan dalam perbuatan,
Maka diam jauh lebih baik,
Merenung dan berpikir untuk menemukan jawaban,
Sudah benarkah arah langkah kaki kita?

Labels:

Tuesday, December 12, 2006

Kutipan Minggu Ini

Jiwa itu, menurut Quraish Shihab dalam bukunya Logika dan Agama, ibarat kuda liar. Harus ditaklukkan lewat latihan yang bertahap. Bila tali kekangnya dilepas, maka jiwa akan terbungkus nafsu yang merusak. Namun bila kita sukses mengendalikannya, maka kita baru pantas mendapatkan panggilan "Yaa ayyatuhannafsul muthmainnah..." (wahai jiwa2 yang tenang..)

Kemalasan adalah hal yang sering saya jumpai dalam aktivitas. Bahkan dalam beberapa waktu, slogan I don't like Monday cukup berhasil mempengaruhi semangat dan daya juang saya. Obatnya adalah mengingat nasihat2 bijak tentang karakter nafsu ini nasihat tentang semangat. Dalam posting kali ini saya kutipkan dua buah nasihat yang biasanya cukup ampuh untuk memacu adrenalin dan meningkatkan semangat untuk beraktivitas.

Kutipan pertama adalah senandung salah seorang sahabat Rasulullah dalam perang Mut'ah, Abdullah bin Rawahah. Kala itu, kepemimpinan pasukan harus dipegang olehnya sebab dua pemimpin sebelumnya : Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin Abu Thalib sudah syahid terlebih dahulu. Bendera perang pun harus dipegang oleh Abdullah bin Rawahah ini, dan ada sedikit keraguan padanya ketika akan terjun ke medan perang, lantas ia bersenandung :

Wahai diriku aku bersumpah, engkau harus terjun ke medan perang
Engkau harus terjun ke kancah perang atau aku memaksamu terjun
Manusia telah berkumpul dan mengeraskan teriakan
Namun kenapa kulihat engkau benci kepada Surga?
Sudah sekian lama engkau tentram
Dan engkau hanyalah setetes air mani di tempat air!".

‘Wahai diriku, jika engkau tidak terbunuh, engkau tetap akan mati
Inilah kendali kematian telah mengenaimu
Apa yang engkau dambakan telah diberikan kepadamu
Jika engkau mengerjakan perbuatan dua orang (Zaid dan Ja'far), engkau mendapat petunjuk!’.

Kutipan ini mengingatkan saya akan karakteristik jiwa yang memang terkadang cenderung kepada dunia. Dan ia sungguh harus dipaksa untuk berjuang...

Kutipan kedua adalah tentang semangat. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, seorang ulama besar yang juga murid kesayangan Ibnu Taimiyah menukilkan senandung gurunya ketika dipenjara oleh di benteng Damascus karena berbeda pendapat dengan rezim yang berkuasa.

"Apakah gerangan yang akan diperbuat musuh-musuhku kepadaku?
Syurgaku dan kebunku ada di dadaku. Kemanapun aku pergi, dia selalu bersamaku dan tidak pernah meninggalkanku. Sesungguhnya penjaraku adalah tempat khuluwat-ku, kematianku adalah mati syahid, dan terusirnya diriku dari negeriku adalah rekreasiku."


Sungguh sebuah ketabahan dan semangat luar biasa diperlihatkan...
Dan, membaca kutipan2 itu adalah obat mujarab untuk jiwa yang sedang lelah.. Saya sudah mencobanya. Semoga juga bermanfaat bagi para pengunjung blog ini =)

Labels:

Saturday, August 12, 2006

Indonesiaku (2)

Inilah wajah bangsa kita..

Lepas dari penjajahan fisik
Tergadai dalam penjajahan ekonomi
Tak mampu bersuara benar dan keras
Bagaimana mungkin bersuara?
Bila masih disuapi dana hibah dan hutang?
Bila masih disuapi barang-barang dan makanan impor?

Inilah wajah bangsa kita..

Tercabik oleh bertubi-tubi bencana
Diperparah dengan birokratisasi penyaluran bantuan kemanusiaan
Belum lagi hujan proyek pasca bencana yang tidak jelas
Lengkaplah sudah... Sudah jatuh, tertimpa tangga pula

Inilah wajah bangsa kita...

Dalam riuh konflik horizontal
Mimika, Madura, Tuban
Sejumlah warganya tetap mepertahankan hak studi banding
Sejumlah warganya menolak menghadiri proses peradilan
Sejumlah warganya "kebal hukum"
Apa itu GKN? Sudah lupakah?
Gerakan Kesetiakawanan Nasional.. ah cuma sekedar slogan

Inilah wajah bangsa kita...

Ribut akan hal-hal sepele
Tidak substantif dan menghabiskan energi
RUU APP, Perda Syari'at, Playboy...
Masihkah ada kabut di pelupuk mata kita?
Katakanlah : "yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah"
Atau kita masih bisa berpaling dari kebobrokan moral....
dan infiltrasi budaya asing yang sedemikian masif??

Teruntuk Indonesiaku..
Tiada hadiah yang tepat untukmu
Selain introspeksi massal dari kami
Seberapa jauh kami telah menghargai kemerdekaan?
Seberapa jauh kami telah mencoba membangun tanah air kami?

Teruntuk Indonesiaku..
Janganlah ukur cinta kami dengan banyaknya slogan2 nasionalisme yang kami hamburkan
Sungguh kami mencintaimu...
Tapi bukan karena engkau Indonesia
Bukan pula karena di sini kami dilahirkan
Kami mencintaimu karena..
sesungguhnya tiap jengkal bumi ini telah diamanahkan kepada kami, manusia
dan kami memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkannya kelak

Ukurlah cinta kami dengan karya nyata..
Karya nyata yang kami persembahkan untuk saudara2 kami
Tidak hanya di Indonesia
Tapi juga di tanah-tanah lainnya

Karena hanya dengan seperti itu..
Kami dapat mengungkapkan rasa cinta kami kepadamu
Dengan sangat proporsional
Dan tidak mengubahnya menjadi virus chauvinisme
Yang bisa menyebabkan kesengsaraan lainnya

Teruntuk Indonesiaku..

Semoga 61 tahun bukanlah masa yang penuh kesia-siaan
Dan tahun-tahun ke depan menjadi sisa waktu yang barokah
Bagi rakyatnya, bagi tanahnya dan bagi seluruh dunia
Amiin

Wallahu'alam

Labels:

Monday, July 31, 2006

Al-Aqsho; di sini dan di sana...

Al-Aqsho ku di sini...
Sebaris shaff pun tak sampai
Ba'da adzan dzuhur berkumandang
Lima orang berma'mum di belakang imam
Beberapa datang terlambat lantas masbuk

Al-Aqsho ku di sana...
Dikelilingi blokade artileri berat
Berkali-kali berusaha dihancurkan oleh Zionis
Baru saja kemarin,
Terjadi pelarangan Shalat Jumat

Al-Aqsho ku...
Kiblat pertama ummat Islam
Tempat persinggahan Isra' Mi'raj Nabi
Apa yang dapat kami lakukan untuk membebaskanmu?
Di tengah hari-hari ini...
Hari-hari yang menjadi saksi matinya sebuah organisasi bernama PBB
Hari-hari yang menjadi saksi betapa "kepentingan ekonomi" menjadi sesembahan baru
Hari-hari yang menjadi saksi betapa munafiknya mayoritas pemerintahan negara di dunia
Hari-hari di mana gaung "terorisme" berkibar-kibar...
Dan kita semua menyaksikan teroris berteriak teroris
Lebih parah lagi...
Koor "setuju" bersahut-sahutan...
Sudahlah, lupakan saja wacana kita tentang HAM
Karena bahasa itu sudah usang!
Bahasa demokrasi, kesetaraan dan dialog;
Lenyap ditelan kemunafikan dan ambisi penjajahan

Untuk negara-negara yang mendua..
Untuk para pemimpin yang tidak tegas...
Ketahuilah, bahwa Amerika jauh lebih baik,
Mereka tegas mendukung pembantaian
Ketahuilah bahwa Hizbullah jauuh lebih baik,
Dengan gagah berani menentang Jaluth masa kini
Ketegasan sikap dan kongkritnya tindakan adalah yang dibutuhkan saat ini
Atau...
Mari kita bubarkan saja PBB dan biarkan hukum rimba berlaku!


Al-Aqsho, Sarijadi, Bandung, Ahad 30 Juli siang...

Labels:

Tuesday, July 18, 2006

Relung-relung Itu Butuh Lentera

Di perempatan lampu merah, penghujung sore
" Koran sore.... koran sore... dua ribu rupiah saja"
Peluh berkesimbah, dibungkus seragam
Raut wajah seakan berkata : " Mbak, mas, mohon dibeli.
Kalau pun tidak sesungging senyum pun cukup untuk kami"


Di pojok bus kota, dua jam menjelang waktu dhuha
"Berjalan di lorong pertokoan, di Surabaya yang panjang.....
Salam dari kami anak2 jalanan..."
Secercah harapan muncul bersama terbitnya fajar baru
"Ibu, Bapak, seikhlasnya saja... Kalau pun tidak ada, janganlah membuang muka"
Percaya? Sungguh, tidak tega rasanya menghakimi niat


Di gerbong ekonomi jurusan kota, jam-jam sibuk
Sepasang bapak-ibu tunanetra, melantunkan beragam lagu
"Tuan, Nyonya, sekiranya ada rizki berlebih pagi ini.
Kalau pun tidak, mohon jangan bersungut dalam hati."


Di reruntuhan rumah selepas ujian itu,
Ujian yang datang sebagai bukti cinta-Nya,
Berpuluh-puluh jiwa kehilangan keluarga, rumah, dan ketenangan batin
Sungguh, ladang amal terhampar luas...
Relung-relung hati mereka butuh lentera


Di Nablus, Gaza, Beirut...
Puluhan jiwa melayang karena sandera
Layakkah penyanderaan dibalas pembantaian?
Persis seperti lantunan lagu Siti Nurhaliza,
Sekali lagi Dunia Diam Seribu Bahasa...
Sungguh, hati-hati kita selayaknya menyatu
Masihkah mereka terbayang dalam kondisi bangun tidur kita?


Salam hormat untuk adik-adik yang telah mengambil beban kerja orang tuanya,
Sungguh, relung-relung hati kami jauh lebih tercerahkan dengan melihat kalian..

Salam kagum untuk seutas asa yang tidak terburai ketika cobaan-Nya datang menyergap,
Dalam bentuk bencana-bencana di negeri ini,
Sungguh, kalian adalah guru kami ketika kami berada dalam ujian-Nya

Salam takzim untuk mereka yang masih bisa bersuara lantang,
Kala tank-tank dan pesawat-pesawat tempur berkeliaran di sekelilingnya,
Meneriakkan asma Allah demi tegaknya keadilan,
Sungguh, api lentera semangat kalian begitu membakar semangat kami di sini

Sungguh relung-relung hati kami dan kalian selayaknya menyatu...
Dan kita bisa berbagi cahaya lentera di bawah naungan hidayah-Nya


......semoga bukan retorika belaka

Labels:

Thursday, May 25, 2006

Indonesiaku...

Ke mana kita dibawa oleh nasib, ke mana kita dibuang oleh yang berkuasa (penguasa, pemerintah), tiap-tiap bidang tanah dalam Indonesia, itulah juga tanah air kita.
Teluk yang molek dan telaga yang permai, gunung yang tinggi dan lurah yang dalam, rimba belantara dan hutan yang gelap, ataupun pulau yang sunyi serta pun padang yang lengang, semua itu bagian Tanah Air yang sama kita cintai.
Semuanya itu tidak boleh asing bagi kita. Dan kita bersedia menempuhnya satu per satu, di mana perlu.
Di atas segala lapangan Tanah Air aku hidup, aku gembira.
Dan di mana kakiku menginjak bumi Indonesia, di sanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan dalam dadaku.
(Hatta, 20 Januari 1934)

Labels:

Friday, May 05, 2006

Duhai Diri

Engkau siap dengan sebuah kail,
Tak lupa sekaleng umpan berisi cacing campur jangkrik,
Serantang bekal sebagai teman di masa penantian

Jelas tergambar di benak,
Senyap ketenangan air,
Bercampur cicit burung dan hijau panorama,
Ikan besar, ikan besar, ikan besar!

Menit demi menit penuh penantian,
Tak sadar bekal pun telah mulai habis,
Umpan tiada berganti ikan besar, hanya ikan-ikan kecil...

Senyap yang damai berubah menjadi kejemuan,
Cicit burung ibarat cacian penuh penghinaan,
Hijau panorama? Ke mana mereka? Bah, hilang sudah!
Umpatan demi umpatan...
Keluh kesah dan serapah
Tak kunjung jua menjadikan keadaan lebih baik..

Duhai diri...
Tak cukupkah penuhnya bekal sebagai temanmu?
Tak cukupkah riangnya alam menyapa menjadi pelipur laramu?
Tak cukupkah ikan-ikan yang rela menghampirimu sebagai hasil?
Tak cukupkah nafasmu, denyut nadimu, penglihatanmu hari ini sebagai bukti...
Bahwa engkau tiada pernah berpagi dalam keadaan merugi??

Duhai diri...
Kala angan-angan belum tergapai,
Kala cita belum terjadi,

Cukuplah adanya engkau sebagai bukti...
Sediakanlah relung di hatimu untuk bersyukur !

Labels: