Relung-relung Itu Butuh Lentera
Di perempatan lampu merah, penghujung sore
" Koran sore.... koran sore... dua ribu rupiah saja"
Peluh berkesimbah, dibungkus seragam
Raut wajah seakan berkata : " Mbak, mas, mohon dibeli.
Kalau pun tidak sesungging senyum pun cukup untuk kami"
Di pojok bus kota, dua jam menjelang waktu dhuha
"Berjalan di lorong pertokoan, di Surabaya yang panjang.....
Salam dari kami anak2 jalanan..."
Secercah harapan muncul bersama terbitnya fajar baru
"Ibu, Bapak, seikhlasnya saja... Kalau pun tidak ada, janganlah membuang muka"
Percaya? Sungguh, tidak tega rasanya menghakimi niat
Di gerbong ekonomi jurusan kota, jam-jam sibuk
Sepasang bapak-ibu tunanetra, melantunkan beragam lagu
"Tuan, Nyonya, sekiranya ada rizki berlebih pagi ini.
Kalau pun tidak, mohon jangan bersungut dalam hati."
Di reruntuhan rumah selepas ujian itu,
Ujian yang datang sebagai bukti cinta-Nya,
Berpuluh-puluh jiwa kehilangan keluarga, rumah, dan ketenangan batin
Sungguh, ladang amal terhampar luas...
Relung-relung hati mereka butuh lentera
Di Nablus, Gaza, Beirut...
Puluhan jiwa melayang karena sandera
Layakkah penyanderaan dibalas pembantaian?
Persis seperti lantunan lagu Siti Nurhaliza,
Sekali lagi Dunia Diam Seribu Bahasa...
Sungguh, hati-hati kita selayaknya menyatu
Masihkah mereka terbayang dalam kondisi bangun tidur kita?
Salam hormat untuk adik-adik yang telah mengambil beban kerja orang tuanya,
Sungguh, relung-relung hati kami jauh lebih tercerahkan dengan melihat kalian..
Salam kagum untuk seutas asa yang tidak terburai ketika cobaan-Nya datang menyergap,
Dalam bentuk bencana-bencana di negeri ini,
Sungguh, kalian adalah guru kami ketika kami berada dalam ujian-Nya
Salam takzim untuk mereka yang masih bisa bersuara lantang,
Kala tank-tank dan pesawat-pesawat tempur berkeliaran di sekelilingnya,
Meneriakkan asma Allah demi tegaknya keadilan,
Sungguh, api lentera semangat kalian begitu membakar semangat kami di sini
Sungguh relung-relung hati kami dan kalian selayaknya menyatu...
Dan kita bisa berbagi cahaya lentera di bawah naungan hidayah-Nya
......semoga bukan retorika belaka
" Koran sore.... koran sore... dua ribu rupiah saja"
Peluh berkesimbah, dibungkus seragam
Raut wajah seakan berkata : " Mbak, mas, mohon dibeli.
Kalau pun tidak sesungging senyum pun cukup untuk kami"
Di pojok bus kota, dua jam menjelang waktu dhuha
"Berjalan di lorong pertokoan, di Surabaya yang panjang.....
Salam dari kami anak2 jalanan..."
Secercah harapan muncul bersama terbitnya fajar baru
"Ibu, Bapak, seikhlasnya saja... Kalau pun tidak ada, janganlah membuang muka"
Percaya? Sungguh, tidak tega rasanya menghakimi niat
Di gerbong ekonomi jurusan kota, jam-jam sibuk
Sepasang bapak-ibu tunanetra, melantunkan beragam lagu
"Tuan, Nyonya, sekiranya ada rizki berlebih pagi ini.
Kalau pun tidak, mohon jangan bersungut dalam hati."
Di reruntuhan rumah selepas ujian itu,
Ujian yang datang sebagai bukti cinta-Nya,
Berpuluh-puluh jiwa kehilangan keluarga, rumah, dan ketenangan batin
Sungguh, ladang amal terhampar luas...
Relung-relung hati mereka butuh lentera
Di Nablus, Gaza, Beirut...
Puluhan jiwa melayang karena sandera
Layakkah penyanderaan dibalas pembantaian?
Persis seperti lantunan lagu Siti Nurhaliza,
Sekali lagi Dunia Diam Seribu Bahasa...
Sungguh, hati-hati kita selayaknya menyatu
Masihkah mereka terbayang dalam kondisi bangun tidur kita?
Salam hormat untuk adik-adik yang telah mengambil beban kerja orang tuanya,
Sungguh, relung-relung hati kami jauh lebih tercerahkan dengan melihat kalian..
Salam kagum untuk seutas asa yang tidak terburai ketika cobaan-Nya datang menyergap,
Dalam bentuk bencana-bencana di negeri ini,
Sungguh, kalian adalah guru kami ketika kami berada dalam ujian-Nya
Salam takzim untuk mereka yang masih bisa bersuara lantang,
Kala tank-tank dan pesawat-pesawat tempur berkeliaran di sekelilingnya,
Meneriakkan asma Allah demi tegaknya keadilan,
Sungguh, api lentera semangat kalian begitu membakar semangat kami di sini
Sungguh relung-relung hati kami dan kalian selayaknya menyatu...
Dan kita bisa berbagi cahaya lentera di bawah naungan hidayah-Nya
......semoga bukan retorika belaka
Labels: Puisi dan Kutipan
2 Comments:
berharap dan sedang menunggu janji Allah, (seperti yg Allah gambarkan di QS. Al Isro' ayat 4. Amien.)
By Pecintalangit, at 8:18 AM
Saya jadi kehilangan kata-kata ...
Mungkin, Allah takdirkan kita menyaksikan sedih dan kelamnya dunia, setelah Ia berikan kita rahmat merasakan keindahan hidup sejak dari buaian..
Semoga Ia pun memberi kita kemampuan untuk tidak sekadar bergumam...
Amiiin
By Anonymous, at 2:35 PM
Post a Comment
<< Home