Semangat Itu Masih Di Sana
Sebuah Rekomendasi Buku : Tears Of Heaven, From Beirut to Jerusalem
"..Pagi itu tanggal 15 September. Aku tengah terlelap di apartemen para dokter sukarelawan asing di Hamra. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh raungan suara pesawat-pesawat yang melintas di atasku. Mereka tiba dari Laut Tengah dan menuju selatan, ke daerah Beirut Barat yang menjadi lokasi kamp-kamp pengungsi Sabra dan Shatila... Salah seorang pasienku berkata, "Tidak apa-apa Doctora, kami tahu bukan Anda yang membatalkan operasi kami. Sharonlah yang membatalkannya.. Baru pada pukul delapan pagi kami mendengar ledakan pertama. Ledakan itu seperti bom-bom yang dimuntahkan dari tank, bukan dijatuhkan dari udara. Aku menuju bagian paling atas rumah sakit -lantai sepuluh- dan menyaksikan bom-bom meledak di rumah-rumah di kawasan Beirut Barat." [Tears of heaven, halaman 135, 137, 138]
Berlatar pertempuran di wilayah Lebanon pada tahun 1982-1987, antara Israel-penghuni kamp pengungsian Palestina, faksi Lebanon-penghuni kamp Palestina, dan pertempuran antar faksi di Lebanon, Dr. Ang Swee Chai mengisahkan memoarnya menjadi seorang tenaga sukarelawan medis di wilayah kamp-kamp pengungsian penduduk Palestina di wilayah Lebanon, semisal Shabra, Shatila dan Bourj el-Brajneh. Berawal dari memenuhi panggilan untuk bekerja secara sukarela di Lebanon hingga menjadi seorang pendiri lembaga bantuan Medical Aid for Palestina [MAP] dan penerima Star of Palestine dari [alm] Yasser Arafat.
Pengalaman di kamp-kamp tersebut telah mengubah pendapat dokter tersebut tentang konflik di Timur Tengah, tentang "teroris" dan bukan "teroris", dan terutama tentang bangsa Palestina. Masa-masa awal tugasnya Dr. Ang Swee Chai harus menghadapi kenyataan, bahwa para pengungsi dari Palestina yang berada di Lebanon dibantai secara massal oleh sekelompok tentara yang tidak bisa diidentifikasi dengan jelas pada tanggal 15 September 1982, yang dikenal dengan pembantaian Sabra-Shatila. Menjadi lebih dramatis karena pada saat penyerangan itu, dokter tersebut tengah berada di Beirut. Apa yang terungkap kemudian adalah adanya semacam "kerjasama" antara tentara2 tidak dikenal tersebut dengan pasukan Israel di bawah komando Ariel Sharon. Sekelompok tentara itu melakukan tugas kotornya menghabisi penghuni kamp yang sedang terlelap, dan pasukan Israel membiarkan sambil mengawasi. Tujuan yang ingin dicapai jelas, genosida bangsa Palestina agar tanah mereka dapat dikuasai penuh oleh Israel.
Pada saat itu, bangsa Palestina terbagi ke dalam dua wilayah. Pertama, disebut wilayah pendudukan, yaitu di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Wilayah yang dicaplok Israel dengan membonceng Inggris pada tahun 1948. Kedua adalah bangsa Palestina yang terusir dari tanahnya dan mengungsi ke Lebanon dan beberapa negara Arab lain. Di Lebanon terdapat beberapa kamp, seperti Sabra, Shatila, Bourj el-Brajneh, dan Mar Elias. Setiap peristiwa yang terjadi di salah satu wilayah, selalu menginspirasi wilayah lainnya untuk terus berjuang memperoleh kemerdekaan.
Persepsi awal Ang Swee Chai mengenai konflik Palestina-Israel sekejap berubah demi melihat ketidakadilan yang terjadi di sana. Dengan teliti dia menulis data dan fakta pembantaian Shabra-Shatila; dan tidak cukup dengan itu, sebuah surat pernyataan permohonan bantuan kepada warga Inggris. Swee Chai adalah doktor berkebangsaan Singapura yang kemudian menetap di Inggris dan bekerja di sebuah rumah sakit di sana. Surat pernyataan itu tadinya ditujukan untuk dimuat pers Inggris, agar warga Inggris tahu kejadian sebenarnya yang terjadi di Shabra-Shatila. Namun, apa daya karena dianggap tidak memiliki daya jual, surat tersebut tidak kunjung juga dipublikasikan pers.
Perjuangan Swee Chai tidak berhenti di sana. Sebuah upaya demokrasi yang dilakukan oleh Israel berhasil membentuk Komisi "Penyelidikan Kasus Lebanon". Sebuah upaya "setengah hati" yang dilakukan Israel, karena : anggota-anggota komisi bukanlah mereka yang concern terhadap masalah Palestina dan komisi tersebut menolak menggunakan nama "Palestina", dan lebih memilih menggunakan nama "Kasus Lebanon". Swee Chai bersaksi di depan komisi tersebut dan menemukan sebuah "sandiwara" yang tengah berlangsung di sana. Pers mendapatkan berita, Israel menunjukkan bahwa demokrasi berkembang di sana, semua senang, kecuali warga Palestina dan Lebanon yang menjadi korban pembantaian.
November 1982, Swee Chai meninggalkan Beirut untuk kembali ke Inggris. Di Inggris dia melakukan serangkaian pertemuan dengan warga Inggris untuk menceritakan apa yang terjadi di Lebanon, dengan biaya pribadi. Hingga pada akhirnya banyak simpati berdatangan dan terbentuklah Medical Aid for Palestina [MAP] pada tahun 1984. MAP berfungsi sebagai penyalur bantuan dari warga Inggris yang bersimpati terhadap perjuanagn rakya Palestina. Dengan bendera MAP pula Swee Chai kembali ke Beirut, ketika terjadi penyerangan berikutnya pada tahun 1985. Walau pada saat itu digambarkan keadaan lebih parah daripada sebelumnya, kecintaannya pada rakyat Palestina membuatnya selalu ingin kembali. Ke sana, ke Beirut... Shabra, Shatila, Bourj el Brajneh...
Refleksi Memoar Ang Swee Chai dan Perjuangan Palestina
Siapapun yang mengikuti perkembangan global saat ini akan melihat sebuah ketidakadilan masif yang dipertontonkan dunia kepada wilayah Palestina. Palestina yang hingga kini hanya merupakan otorita dan bahkan tidak tercantum di peta dan globe yang dijual secara umum. Di sisi lain, Israel yang tadinya membonceng Inggris, malah telah memiliki sebuah negara berdaulat di sana. Bukan hanya itu, Israel dengan aktif melakukan penggusuran warga Palestina di wilayah-wilayah yang diklaim sebagai wilayahnya.
Perkembangan terakhir memperlihatkan bagaimana upaya persatuan faksi-faksi yang ada di Palestina tidak diberi penghargaan sedikit pun oleh dunia internasional, terlebih-lebih dari Israel. Sudah berbulan-bulan pendapatan Palestina dari perbatasan ditahan oleh Israel untuk sebuah alasan yang aneh : Palestina telah berhasil menjalankan demokrasi, dan menobatkan Hamas sebagai pemenang pemilu. Solidaritas Arab? Solidaritas di atas kertas. KTT Arab terakhir memutuskan setiap bank agar bisa segera mencairkan dana bantuan untuk Palestina pasca diumukannya pemerintahan bersatu Hamas-Fatah. Hasilnya masih nihil sampai sekarang. Rekomendasi KTT Arab itu tidak dituruti oleh bank2 Arab dengan alasan yang tidak jelas.
Menyejukkan, ketika mengetahui ada simpati yang begitu besar dari orang luar Palestina, seperti Dr. Ang Swee Chai dalam memoarnya di atas. Sekaligus ini menjadi refleksi bagi kita, umat Muslim terutama, sejauh mana upaya yang kita lakukan dalam mengejawantahkan hadits Rasulullah SAW : "... sesama muslim itu bersaudara"?
Lidi-lidi harus begabung untuk menjadi sapu yang kuat. Demikian pula ummat; harus menentukan sikapnya untuk bersatu dan bangkit dari keterpurukan. Memoar Ang Swee Chai selayaknya menjadi pengingat kita, bahwa di belahan bumi yang lain banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam ketertindasan. Memikirkan mereka adalah hal pertama yang bisa kita lakukan. Bergerak dengan beragam cara, adalah langkah berikutnya.
Wallahu'alam
"Siapakah orang Palestina? Kami berada di mana-mana. Israel takkan bisa melenyapkan kami; tak seorangpun bisa. Setiap generasi lebih kuat dari generasi sebelumnya. Kami belajar --sungguh-sungguh belajar. Belajar dari kesalahan, belajar dari kekuatan. Tujuannya untuk menang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat, namun pada saatnya nanti" [hal 257]
Labels: Resume
8 Comments:
Masih suka beli buku tho. Buku ini memang bagus dan sangat direkomendasikan, saya sudah lama baca resensinya. Harusnya negara Israel berdiri di Jerman atau AS, bukan di Palestina
By Galuh S Indraprahasta, at 9:33 AM
wah..akhirnya ada postingan resensi(atau resume?) buku.. gut, i like that.
*pemasungan!!!! jangan dimoderasi dong comment-nya.
trus, diset pop-up aja, spy ttp liat postingan aslinya.
By Trian Hendro A., at 8:32 AM
# Galuh
Kalau memang Yahudi menuntut balas, harusnya di Jerman. Tapi ini masalah keyakinan akan "tanah yang dijanjikan", plus kepentingan pragmatis sekelompok Yahudi.
# Trian
Mas, wis takjawab di shoutbox tentang "pemasungan". Kalau set up pop-up gimana caranya???
By agung, at 5:01 PM
bos..komik Century Boys bagus tuh..keren banget..rekomendit lah..hehehehe
btw, sampai jumpa di bandung sabtu ini bos =)
By Beni Suryadi, at 6:12 AM
seperti yang di katakan ahmadinejad bahwa israel seharusnya di lenyapkan, tidak ada negara israel. jadi tidak ada israel lagi baik itu di palestina, bahkan di jerman sekalipun.
namun jika merujuk pada Alquran...yeah.. begitulah karakter israel- dan sekelompok yahudinya.
By Pecintalangit, at 9:50 AM
Ada juga nih Gung, resensi yang lain.
http://fgaban.blogspot.com/2006/08/bertemu-dr-ang-swee-chai.html
By ikram, at 5:41 AM
# syiddat
Yeah.. seperti kita ketahui bersama
# ikram
Wah, linknya bagus. Resensi buku versi Inggrisnya. Makasih kram!
By agung, at 5:46 AM
pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik , pupuk organik
By pupuk organik, at 5:52 AM
Post a Comment
<< Home