Piala Untuk Jogja
Piala Dunia 1986, Mexico. (katanya) diadakan dalam keadaan tuan rumah (Mexico) mengalami gempa berskala 8 skala richter lebih. Sempat akan dipindahkan, namun tuan rumah memaksakan diri agar perhelatan akabar itu tetap ada di Mexico. Alasannya, gempa tidak merusak semua fasilitas dan stadion yang akan menjadi tempat berkumpulnya para maestro sepakbola dunia.
Piala Dunia 1990, Italia. Memulai kekaguman kepada sebuah tim berawalan "J"; Juventus dan Jerman Barat. Kenapa? No reason...
Lotthar Matthaeus, Andreas Brehme, Rudi Voeller, Juergen Klinsmann, Pierre Littbarski.
Dan akhirnya, di bawah Franz Beckenbauer, Jerman Barat memenangi trofi Piala Dunia. 1-0 atas Argentina; Brehme sang pencetak gol.
Piala Dunia penuh kenangan, berkumpul dengan keluarga besar di Malang. Semenjak itu, Jerman dan Juergen Klinsmann adalah idola saya
Piala Dunia 1994, Amerika Serikat. Lho kok bisa-bisanya ya negara itu jadi tuan rumah? Padahal reputasi di bidang sepak bola nyaris tak terdengar..
Brasil kembali difavoritkan. Siapa tidak kenal Romario dan Carlos Dunga? Jerman (yang kali ini tampil sebagai gabungan JerBar dan JerTim) seperti biasa, disematkan julukan : "tim lambat panas", "tim spesialisasi turnamen", "text-book football". Juergen Klinsmann, Thomas Haessler, Andreas Moeller, dkk harus pulang karena kalah oleh Bulgaria di perempatfinal. Di mana pencetak gol adalah Iordan Letchkov (yang notabene bermain di Bundesliga; otomatis kasus Ahn Jung Hwan yang menyingkirkan Italia dengan golnya juga terjadi di tahun 1994). Brasil juara.. Romario dan Bebeto; duet maut yang memukau kala itu
Piala Dunia 1998, Perancis. Lagi-lagi Brasil favorit juara; padahal Pele sangat tidak suka bila tim negaranya itu dijadikan favorit. Jerman dengan pasukan: Juergen Klinsmann, Dariusz Wosz, Mehmet Scholl, Sebastien Deisler (Beckham-nya Jerman), Jens Nowotny dan Christian Worns.
Seperti biasa, tidak diunggulkan juara, bahkan oleh publiknya sekalipun. Jerman terhenti di perempat final. Hasilnya : Perancis menghentak dunia di final dengan mengalahkan Brasil 3-0
Piala Dunia 2002, Jepang-Korsel. Piala itu akhirnya mampir ke Asia. Brasil dan Perancis sebagai favorit juara. Jerman seperti biasa, tidak diunggulkan kembali. Berangkat dengan sebagian pasukan muda : Miroslav Klose, Torsten Frings, Michael Ballack dan sisa-sisa kejayaan : Jens Nowotny, Bern Schneider dan Oliver Kahn. Di bawah Rudi Voeller.
Ajaib! Mampu melaju hingga final. Klose menjadi bintang dadakan dengan gol-gol sundulannya. Walhasil Jerman harus mengakui keunggulan Brasil di final dengan skor 0-3
Piala Dunia 2006, Jerman. Berangkat di bawah komando Juergen Klinsmann dengan pasukan sebagian muda : Lukas Podolski, Tim Borrowski. Plus Ballack, Kahn, dan Schweinstegger. Klinsmann dihujat publik Jerman, timnas Jerman diragukan publiknya. Sekali lagi, Brasil favorit juara. Tim ini memang tidak ada habis-habisnya memproduksi pemain-pemain berkualitas.
Ada yang berbeda di Piala Dunia kali ini. Saya baru mengetahui jadwal pertandingan perdana H-3. Saya bahkan tidak tahu detail skuad tim Jerman. Berbeda dengan dua piala dunia lalu; BolaVaganza, Jadwal Piala Dunia dan kliping prediksi komentator tersedia rapih sebulan sebelum hari-H. Yang sama hanyalah : jagoan saya tetap Jerman. Andaikata ada Indonesia tentu tim nasional kita yang saya pilih. Sebab, cuma dua tim yang bisa bikin jantung saya berdegup kencang ketika sedang bermain : Indonesia dan Jerman.
Namun, kali ini tidak ada lagi Deutschland Uber Allez. Tim favorit saya tetap Jerman, tapi kali ini tidak untuk semboyan itu.
Sindhunata, analis bola favorit saya, pagi ini di Kompas menulis betapa masih ada beberapa saudara kita yang tertimpa musibah di Yogya mengkhawatirkan aliran listrik belum masuk ke daerah mereka menjelang pertandingan Piala Dunia. Bencana dan Piala Dunia memiliki sebuah kesamaan karakter : mampu mengundang orang untuk berkumpul, bergabung bersama.
Kala bencana gempa menimpa Jogjakarta dan sekitarnya; tak terhitung puluhan dan miliaran uang mengalir dari berbagai negara di dunia, dari berbagai perusahaan , dari berbagai konglomerat (baik hitam maupun putih), dan dari warga negara Indonesia lainnya yang turut merasakan kepedihan bencana itu. Berbagai bantuan diberikan, relawan diturunkan dan perhatian difokuskan kepada Jogja dan sekitarnya. Sungguh indah andai tiap saat bangsa ini menjalani hidup penuh solidaritas seperti itu.
Kala Piala Dunia menjelang, beragam individu dengan warna kulit berbeda-beda merasakan kegembiraan yang sama. Bersatu dan larut dalam euforia satu bulan penuh. Semua media seolah tak kuasa untuk tidak memberikan porsi pemberitaan terhadap Piala Dunia ini. Mayoritas mata tertuju ke Jerman, menanti lahirnya juara baru.
Menyikapi Piala Dunia dengan penuh ketidaktahuan informasi; ditambah dengan kondisi duka bangsa ini akibat gempa Jogja dan sekitarnya, saya hanya bisa mengutip ungkapan teman saya yang membuat suatu awalan khas : "Ya sudahlah..." mari kita saksikan Piala Dunia 2006 ini dengan penuh mawas diri. Tidak semuanya dapat menikmati perhelatan empat tahunan ini, di antaranya saudara-saudara kita di Jogja.
Wallahu'alambishawwab
Piala Dunia 1990, Italia. Memulai kekaguman kepada sebuah tim berawalan "J"; Juventus dan Jerman Barat. Kenapa? No reason...
Lotthar Matthaeus, Andreas Brehme, Rudi Voeller, Juergen Klinsmann, Pierre Littbarski.
Dan akhirnya, di bawah Franz Beckenbauer, Jerman Barat memenangi trofi Piala Dunia. 1-0 atas Argentina; Brehme sang pencetak gol.
Piala Dunia penuh kenangan, berkumpul dengan keluarga besar di Malang. Semenjak itu, Jerman dan Juergen Klinsmann adalah idola saya
Piala Dunia 1994, Amerika Serikat. Lho kok bisa-bisanya ya negara itu jadi tuan rumah? Padahal reputasi di bidang sepak bola nyaris tak terdengar..
Brasil kembali difavoritkan. Siapa tidak kenal Romario dan Carlos Dunga? Jerman (yang kali ini tampil sebagai gabungan JerBar dan JerTim) seperti biasa, disematkan julukan : "tim lambat panas", "tim spesialisasi turnamen", "text-book football". Juergen Klinsmann, Thomas Haessler, Andreas Moeller, dkk harus pulang karena kalah oleh Bulgaria di perempatfinal. Di mana pencetak gol adalah Iordan Letchkov (yang notabene bermain di Bundesliga; otomatis kasus Ahn Jung Hwan yang menyingkirkan Italia dengan golnya juga terjadi di tahun 1994). Brasil juara.. Romario dan Bebeto; duet maut yang memukau kala itu
Piala Dunia 1998, Perancis. Lagi-lagi Brasil favorit juara; padahal Pele sangat tidak suka bila tim negaranya itu dijadikan favorit. Jerman dengan pasukan: Juergen Klinsmann, Dariusz Wosz, Mehmet Scholl, Sebastien Deisler (Beckham-nya Jerman), Jens Nowotny dan Christian Worns.
Seperti biasa, tidak diunggulkan juara, bahkan oleh publiknya sekalipun. Jerman terhenti di perempat final. Hasilnya : Perancis menghentak dunia di final dengan mengalahkan Brasil 3-0
Piala Dunia 2002, Jepang-Korsel. Piala itu akhirnya mampir ke Asia. Brasil dan Perancis sebagai favorit juara. Jerman seperti biasa, tidak diunggulkan kembali. Berangkat dengan sebagian pasukan muda : Miroslav Klose, Torsten Frings, Michael Ballack dan sisa-sisa kejayaan : Jens Nowotny, Bern Schneider dan Oliver Kahn. Di bawah Rudi Voeller.
Ajaib! Mampu melaju hingga final. Klose menjadi bintang dadakan dengan gol-gol sundulannya. Walhasil Jerman harus mengakui keunggulan Brasil di final dengan skor 0-3
Piala Dunia 2006, Jerman. Berangkat di bawah komando Juergen Klinsmann dengan pasukan sebagian muda : Lukas Podolski, Tim Borrowski. Plus Ballack, Kahn, dan Schweinstegger. Klinsmann dihujat publik Jerman, timnas Jerman diragukan publiknya. Sekali lagi, Brasil favorit juara. Tim ini memang tidak ada habis-habisnya memproduksi pemain-pemain berkualitas.
Ada yang berbeda di Piala Dunia kali ini. Saya baru mengetahui jadwal pertandingan perdana H-3. Saya bahkan tidak tahu detail skuad tim Jerman. Berbeda dengan dua piala dunia lalu; BolaVaganza, Jadwal Piala Dunia dan kliping prediksi komentator tersedia rapih sebulan sebelum hari-H. Yang sama hanyalah : jagoan saya tetap Jerman. Andaikata ada Indonesia tentu tim nasional kita yang saya pilih. Sebab, cuma dua tim yang bisa bikin jantung saya berdegup kencang ketika sedang bermain : Indonesia dan Jerman.
Namun, kali ini tidak ada lagi Deutschland Uber Allez. Tim favorit saya tetap Jerman, tapi kali ini tidak untuk semboyan itu.
Sindhunata, analis bola favorit saya, pagi ini di Kompas menulis betapa masih ada beberapa saudara kita yang tertimpa musibah di Yogya mengkhawatirkan aliran listrik belum masuk ke daerah mereka menjelang pertandingan Piala Dunia. Bencana dan Piala Dunia memiliki sebuah kesamaan karakter : mampu mengundang orang untuk berkumpul, bergabung bersama.
Kala bencana gempa menimpa Jogjakarta dan sekitarnya; tak terhitung puluhan dan miliaran uang mengalir dari berbagai negara di dunia, dari berbagai perusahaan , dari berbagai konglomerat (baik hitam maupun putih), dan dari warga negara Indonesia lainnya yang turut merasakan kepedihan bencana itu. Berbagai bantuan diberikan, relawan diturunkan dan perhatian difokuskan kepada Jogja dan sekitarnya. Sungguh indah andai tiap saat bangsa ini menjalani hidup penuh solidaritas seperti itu.
Kala Piala Dunia menjelang, beragam individu dengan warna kulit berbeda-beda merasakan kegembiraan yang sama. Bersatu dan larut dalam euforia satu bulan penuh. Semua media seolah tak kuasa untuk tidak memberikan porsi pemberitaan terhadap Piala Dunia ini. Mayoritas mata tertuju ke Jerman, menanti lahirnya juara baru.
Menyikapi Piala Dunia dengan penuh ketidaktahuan informasi; ditambah dengan kondisi duka bangsa ini akibat gempa Jogja dan sekitarnya, saya hanya bisa mengutip ungkapan teman saya yang membuat suatu awalan khas : "Ya sudahlah..." mari kita saksikan Piala Dunia 2006 ini dengan penuh mawas diri. Tidak semuanya dapat menikmati perhelatan empat tahunan ini, di antaranya saudara-saudara kita di Jogja.
Wallahu'alambishawwab
Labels: Pemikiran
5 Comments:
kayaknya kali ini inggris gung..udah 40 tahun ga juara nih!
Go england go! hehehe.
By Lucky, at 5:06 PM
tau gak lo???
semenjak jerbar negalahin maradona dengan gaya yang sangat membosankan.. Jerman gua anggep gak pernah ada di dunia......
satu2nya pemain jerman yang gue suka cuma bierhoff. itu juga gara2 dia maen di Ac Milan... kalo gak mah// siapa tuh bierhoff...
Hidup Argentina
By Anonymous, at 6:27 AM
buat Lucky : partai perdana Inggris = hoaahhm (ngantuk beraat..) he he
buat Catuy : emang gaya Jerman cuma bisa dimengerti sama sedikit orang. Argentina boleh juga tuh.. Gimana kalo kita ketemu di final??
By agung, at 5:21 PM
sy mengucap syukur alhamdulillah karena sejak agung punya blog, rubrik Prediksi Nan Akuratnya yang sangat tidak akurat dan berpihak, tahun ini absen dari milis angkatan 2001 (Horeeee...!)
Btw, makasih ya atas comment-nya. Tanggapannya baca aja di blog sy. Sering2 atuh dateng ke blog sy, gung!
Trs, shoutboxnya gmn??
By nkn, at 5:34 AM
mas agung, thx udah komen di blog saya. komennya sudah saya komen lagi di blog saya. btw, sindhunata bukan analis bola lho...dia memang sering nulis tentang bola, terutama dikaitkan dengan soal-soal sosial dan kesekitaran. tapi, dia lebih sering ceramah di gereja karena memang kerjaan utamanya pastur. dia juga seorang filsuf yang pikiran-pikirannya membumi.
By Anonymous, at 7:38 AM
Post a Comment
<< Home